Page 247 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 247

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  235


              tersebut: (i) mendukung penuh; (ii) mendukung dengan    logika
              politiknya  sendiri; (iii) menghambat  atau  tidak  mendukung sama
              sekali praksis politik tersebut.
                  Pada  periode  ini berlangsung evolusi dari gagasan  untuk
              melakukan penataan ulang atas sumber-sumber agraria yang lebih
              adil dengan  isu  politik  yang lebih  luas  tentang kedaulatan  negara.
              Hal ini mengakibatkan  ketergantungan  lebih  besar  dari kalangan

              masyarakat  perkebunan  terhadap  isu-isu  politik, ketimbang sosial
              ekonomi seperti sebelumnya. Ditambah  lagi dalam  isu-isu  politik



                sekitar penataan   atas sumber-sumber agraria   wilay


              perkebunan juga berkaitan dengan kekuatan politik yang rigid yang
              seharusnya  tidak  memiliki logika  ekonomi politik, yaitu  militer.
              Sejak  saat  aksi pengambilalihan  atas  berbagai aset  perkebunan
              tersebut juga menggeser gagasan penataan sumber agraria menjadi
              penataan perusahaan perkebunan.
                  Ironisnya  penataan  perusahaan  perkebunan  tersebut  tidak

              melibatkan  kekuatan  masyarakat  perkebunan  yang partisipasinya
              dalam  pengambilalihan  tidak  bisa  dipandang enteng. Akan  tetapi
              yang harus dicatat kelompok yang paling dominan dalam proses aksi
              pengambilalihan adalah militer. Kelompok ini kemudian memainkan
              peranan  yang sangat    penting dalam   penataan   perusahaan



              perkebunan pasca   Mereka menempatkan wakil-

              wakilnya dan membentuk struktur perkebunan   P





              struktur  perusahaan  perkebunan  tersebut  pada  dasarnya  tidak
              berlangsung proses  perubahan  struktur  agraria  yang dibayangkan
              sebelumnya. Dengan    demikian   pada  periode  ini partisipasi
              masyarakat  perkebunan   berhenti menghantar   berlangsungnya
              perubahan struktur perusahaan perkebunan, bukan penataan ulang
              atas  sumber-sumber  agraria  yang  lebih  adil. Sekaligus  periode  ini
              juga  menjadi tanda  bagi hadirnya  struktur  agraria  yang duplikasi
              dari sistem kolonial dengan struktur ekonomi politik Jepang.
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252