Page 250 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 250

238   Tri Chandra Aprianto


            asing. Perkebunan masih tetap menjadi arena konlik bagi berbagai
            elemen yang berkepentingan atas sumber daya ekonominya. Berbagai
            upaya untuk memulihkan kondisi ekonomi masih terus berlangsung
            dilakukan oleh pemerintah, namun belum menunjukkan hasilnya.
                Kondisi  perekonomian   masyarakat   perkebunan   menjadi
            semakin kacau akibat tindakan tidak populer pemerintah pusat pada
            tahun 1959. Pada dasarnya tindakan tersebut atas perintah tentara

            melakukan  pengusiran  orang-orang asing, khususnya  orang-orang


            keturunan etnis Tionghoa   wilayah pedesaan. 2


                Tindakan  pengusiran  tersebut  tentu  saja  semakin  mengganggu
            struktur  perdagangan  tanaman  perkebunan, khususnya  tembakau
            dan  tebu  yang dikelola  oleh  masyarakat  di pedesaan. Orang-orang
            keturunan  etnis  Tionghoa  dalam  struktur  perdagangan  tanaman
            perkebunan menjadi golongan pembeli, pengumpul maupun pengepul
            tanaman perkebunan yang dikelola masyarakat di pedesaan sebelum
            sampai ke  tangan  pengusaha  besar. Hubungan  antara  masyarakat

            perkebunan di Jember dengan orang-orang keturunan etnis Tionghoa
            sebagai pedagang perantara  adalah  mutualisme  simbiosis. Para
            pengepul butuhkan membeli tanaman perkebunan milik masyarakat,
            sementara  masyarakat  membutuhkan  produknya  dijual ke  pihak

            peng  Walaupun po  tawar masyarakat perkebunan berada



            pada  posisi yang lebih  lemah  ketimbang para  pengepulnya. 3  Oleh
            sebab itu tindakan yang tidak populer tersebut memperparah situasi
            perekonomian  di pedesaan, karena  menimbulkan  kecenderungan
            mengecilnya akses masyarakat perkebunan ke pasar. 4



            2   M. C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia (Bloomington: Indiana
                University Press, 1981), hlm. 255.
            3   Untuk kasus di wilayah Temanggung dapat dilihat tulisan Soegijanto
                Padmo  dan  Edie  Djatmiko, Tembakau   Kajian  Sosial-Ekonomi

                (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 10.
            4   Kemudian  mulai  akhir  tahun  1961  berlangsung  inlasi  menghantam
                perekonomian  nasional. Hal itu  berlangsung hingga  tahun  1964



                y  juga   picu konlik     Indonesia pada
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255