Page 253 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 253

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  241


              untuk demokrasi dan keadilan sosial.  Langkah percobaan lainnya
                                                10
              dilaksanakan  oleh  Menteri Dalam  Negeri berupa  dijalankannya






              landreform dalam skala k    daerah Banyumas  Jawa Tengah




              tahun 1  Tujuan utamanya untuk menghapuskan hak istimew


              desa perdikan, dulu bernama Desa Pesantren, Desa Mutihan, Desa
              Pakuncen, dan  Desa  Mijen. 11  Di samping berbagai inisiatif  dari
              pihak  masyarakat  berupa  aksi-aksi pendudukan  dan  penggarapan
              tanah-tanah  perkebunan  yang sudah  digambarkan  pada  bab-bab
              sebelumnya  yang sudah  dilakukan  sejak  ditinggalkannya  tanah-
              tanah perkebunan akibat krisis ekonomi dan perang.
                  Sementara  itu  untuk  penyusunan  suatu  kebijakan  politik
              agraria  yang bersifat  nasional pelaksanaannya  membutuhkan

              r  waktu y  panjang    1  hingga 1960.          12  Pada  21 Mei

              1948, Presiden  Soekarno  membentuk  Panitia  Agraria  Yogyakarta



              (PAY).     merupakan petanda aw  terbukanya
                    13
              pembangunan ekonomi politik populis di Indonesia. Terdapat dua
              10  Lihat Imam Soedjono, Yang  Berlawan; membongkar Tabir Pemalsuan
                  Sejarah PKI (Yogyakarta: Resist Book, 2006), hlm. 130-1.
              11   Lihat Selo Soemardjan, Land reform di Indonesia, hlm. 104.
              12   Terdapat dinamika politik yang mewarnai perumusan politik agraria
                  tersebut. Secara  nyata  terdapat  dua  kubu  yang saling berhadap-
                  hadapan, yaitu  kubu  petani tak  bertanah  dengan  tuan  kebun. Di
                  samping terdapat  tiga  kelompok  pemikiran  dalam  memandang
                  batasan penguasaan lahan: (i) golongan radikal yang berprinsip tanah
                  hanya untuk petani penggarap; (ii) golongan konservatif yang menolak
                  pembatasan  luas  pemilikan  tanah; dan  (iii) golongan  yang berusaha
                  mengambil sikap  moderat  dengan  menerima  usulan  dari golongan
                  radikal, namun menganjurkan penerapan secara bertahap. Lihat pada
                  Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria
                  Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 141.
              13  Panitia  ini beranggotakan  enam  belas  orang, dengan  Ketuanya

                  Sarimin Reksodihardjo dan   Gaos H    wakilny



                  (Kementrian Dalam Negeri). Sementara anggotanya juga terdapat dari
                  berbagai unsur: (i) wakil organisasi tani seperti dari BTI dan STII; (ii)
                  wakil  dari  Serikat  Buruh  Perkebunan;  (iii)  anggota  KNIP;  serta  (iv)
                  para ahli hukum (khususnya ahli hukum adat). Noer Fauzi, Petani dan
                  Penguasa, hlm. 64-7.
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258