Page 296 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 296

284   Tri Chandra Aprianto


            adalah  membangun   kontradiksi sosial. Kontradiksi sosial dalam






            perspektif  rezim politik Orde Baru merupakan sumber konlik

            sumber bagi disharmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
            dan bernegara. 12
                Pemerintah  Orde  Baru  kemudian  mengintensikan  tanaman
            pangan  dengan  basis  pemikiran  revolusi hijau. Sebuah  konsepsi
            percepatan pembangunan pangan yang merombak struktur pertanian
            di masyarakat perkebunan serta budaya masyarakatnya. Sebagaimana
            di negara lain, konsepsi ini mengenalkan semua serba baru, tanaman
            baru  yang lebih  cepat  tumbuh  dan  panennya, dan  diharapkan  akan
            memberikan hasil yang cepat dan lebih baik pula. Akibatnya masyarakat
            pertanian  kehilangan  kreatiitas  untuk  proses  pembibitan,  karena

            disediakan oleh industri bibit internasional. Masyarakat pertanian juga
            kehilangan  tradisi dan  tata  cara  panen. Akibatnya  terjadi perubahan

            perilaku budaya pertanian   pedesaan   Jawa. 13



            B.    Masyarakat Perkebunan Dikeluarkan dari
                Perkebunan

                Akibat  kebijakan  politik  di atas, masyarakat  perkebunan  yang
            telah  menduduki kembali tanah-tanah    perkebunan, termasuk
            yang telah  menerima  redistribusi tanah  oleh  program  landreform
            diperkebunan  harus  dikeluarkan  kembali. Berbagai kebijakan
              k  wilayah y  berkerjasama



            struktur desa secara keseluruhan sebenarnya hal itu dijadikan mesin
            negara,  seperti jaman pendudukan Jepang.
                  14


            12   Eddy Hardjanto, ‘Menghindari Kontradiksi Sosial’, dalam Jurnal Persepsi
                untuk Mengamankan Pancasila, Tahun II, Nomor 1, 1980, hlm. 9.
            13   Robert  W  Hefner,  Geger  Tengger;  Perubahan  Sosial  dan  Perkelahian
                Politik (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 132-8. Lihat juga Ahmad Nashih
                Luthi,  Melacak  Sejarah  Pemikiran  Agraria;  Sumbangan  Pemikiran
                Mazhab Bogor (Yogyakarta: STPN Press, 2011), hlm. 232-4.
            14  Robert W Hefner, Geger Tengger, hlm. 132.
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301