Page 306 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 306

294   Tri Chandra Aprianto


            melibatkan  masyarakat   perkebunan   dalam   pengelolaannya.
            Pelibatan  masyarakat  perkebunan  kembali seperti era  kolonial



              berada pada struktur agraria piramida   baw


            Konsolidasi perusahaan bisa dilihat dari proses regrouping berbagai
            perusahaan  yang ada. Berbagai perusahaan  perkebunan  kemudian
            dilebur  menjadi perusahaan  milik  negara, bukan  lagi perusahaan


            swasta   masa k  H    juga merupakan k


            dari proses  nasionalisasi pada  tahun  1957-58. Pada  tahun  1967
            terdapat proses regrouping kembali untuk perusahaan perkebunan.
            Proses regrouping tersebut menjadi Perusahaan Perkebunan Negara
            (PPN) Aneka Tanaman, PPN Karet dan PPN Serat. Kemudian pada
            tahun  1968, PPN kemudian  berubah  menjadi Perusahaan  Negara
            Perkebunan  (PNP) dengan   dasar  Kepres. No. 144 tahun  1968.

            Selanjutnya pada tahun 1971, berubah kembali menjadi Perusahaan
            Perseroan adapun dasarnya adalah Peraturan Pemerintah tahun 1971
            dan tahun 1972.
                Pada  dasarnya  proses  konsolidasi yang dilakukan  melalui
            perusahaan  perkebunan  ini merupakan  proyek  institusionalisasi
            dari rezim politik Orde Baru. Untuk memuluskan proyeknya tentu
            saja  pendukung yang paling kuat  adalah  pihak  militer. Setelah
            berhasil membersihkan  kekuatan  komunis, di Jember  sejak  tahun

            1968 langsung dipimpin oleh Bupati dari kalangan militer, Kolonel
            Abdul Hadi. 27  Untuk  semakin  memperkokoh  konsolidasinya  pada
            tahun  1971, DPRD juga  mulai dipimpin  oleh  dari unsur  Angkatan
            Bersenjata  Republik  Indonesia  (ABRI). 28  Hal ini dilakukan  dalam
            rangka  mengantisipasi   persoalan-persoalan  struktural  yang

            sewaktu-waktu bisa     baw  termasuk   masyar


            perkebunan yang bisa menghambat proses kekuasaan negara. Pada
            level lain adanya persoalan struktural dianggap dapat membahayakan




            27  Bambang Hariono, dkk, Wakil Rakyat Kabupaten Jember, hlm. 111.
            28  Bambang Hariono, dkk, Wakil Rakyat Kabupaten Jember, hlm. 133.
   301   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311