Page 326 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 326

Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan  311


              disorientasi politik agraria. Dalam setiap periodisasi waktu, dalam
              penelitian ini, bisa dilihat adanya peristiwa yang sifatnya ambivalen
              terhadap gagasan reforma agraria itu sendiri. Pada satu sisi, memang
              dalam kurun waktu tersebut juga menunjukkan adanya upaya untuk
              mewujudkan keadilan agraria, yang ditandai antara lain oleh langkah
              percobaan  seperti menghapus  lembaga  desa  perdikan  (1946) dan
              membagi tanah perusahaan perkebunan di Kesultanan Yogyakarta
              dan Surakarta yang peruntukannya untuk petani sekitarnya (1948),
              kemudian menghadirkan kebijakan politik agraria nasional (1960),
              serta  melaksanakan  landreform  (1963-64), bahkan  dalam  setiap
              periode  sejarahnya  partisipasi masyarakat  juga  menonjol. Akan





              t  pada   y  lain dalam perjalanannya banyak peristiw
              yang menjadi faktor  penghambat  dari upaya  penataan  ulang itu
              sendiri. Secara perlahan, upaya reforma agraria dalam setiap periode
              sejarahnya mengalami penyempitan makna, tidak saja secara gagasan
              dan pelaksanannya, akan tapi juga partisipasi masyarakatnya.
                  Berdasar  pada  konsepsinya  istilah  reforma  agraria  merupakan
              satu  konsep  ekonomi-politik  pembangunan  yang bertujuan  untuk
              menciptakan keadilan agraria yang dilaksanakan oleh pemerintah,
              melalui program   menata  ulang sumber-sumber    agraria  yang
              lebih  adil dengan  jalan  redistribusi tanah. Tentu  saja  hal itu

              membutuhkan    keterlibatan  aktif  dari masyarakat  sebagai subyek
              penerima  manfaat. Program  tersebut  pada  dasarnya  merupakan


              suatu usaha y  membawa kepentingan ek  politik negar



              untuk memperkuat pasar dalam negeri dan menciptakan kekuatan
              ekonomi nasional. Dalam   prakteknya  pun, perkembangan  yang






              berdasar atas k  tersebut bukan saja tidak t
              akan  tetapi malahan  menunjukkan   kecenderungan  sebaliknya.
              Kecenderungan yang sebaliknya untuk penataan ulang atas sumber-
              sumber agraria di perkebunan di Jember paling tidak tercermin pada
              tidak adanya dukungan situasi politik untuk diberlakukannya upaya
              tersebut, tidak menjadikan reforma agraria sebagai fokus kebijakan
   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330   331