Page 46 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 46
34 Tri Chandra Aprianto
konteks bahasa tidak hanya perpaduan tapi juga melahirkan kreasi
bahasa yang dapat dimengerti oleh masing-masing suku bangsa yang
ada di Jember. Begitu juga dengan kesenian yang masing-masing
suku bangsa bisa memainkan kesenian dari etnis lain yang rasanya
sudah menjadi bagian dari etnis tersebut, bahkan sudah terdapat
perpaduan. 84
Kehadiran masyarakat perkebunan atas fasilitasi dan peranan
kolonialisme, yang haus akan extraction of natural resources
menghadirkan ketimpangan struktur agraria. 85 Praktek dari
kehadiran perkebunan adalah suatu tindakan dalam rangka
melakukan penundukan masyarakat satu terhadap masyarakat
lainny dengan ber cara penataan wilay
penciptaan aturan hukum, membentuk sistem birokrasi baru hingga
misi-misi civilization. 86 Ketimpangan struktur agraria kemudian
melahirkan dominasi, maka terjadilah ketimpangan sosial yang
ujungnya adalah konlik Kehadiran perkebunan J
padaaw XIX merupakan sesuatuy dalam perspektif Wolf
87
selalu merusak norma-norma budaya yang telah ada sebelumnya dan
menetapkan ketentuan-ketentuannya sendiri. Kehadiranya kadang-
kadang dengan cara membujuk, kadang-kadang dengan paksaan.
Dengan demikian kehadiran itu selalu berlingkup dalam suasana
k setidaknya dengan ketentuan budaya set
Sebelum menjelaskan secara teoritik t konlik yang
mendukung alur tulisan ini, perlulah kiranya menjabarkan adanya
84 Tim Peneliti Fakultas Sastra Universitas Jember, ‘Geograi Bahasa Jawa
di Kabupaten Jember’, Laporan Penelitian (Fakultas Sastra Universitas
Jember, 1981), hlm. 18.
85 Lihat Karl J Pelzer, Sengketa Agraria, 1991. Lihat juga pada Ann Laura
Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi, 2005.
86 D.K. Fieldhouse, Colonialism 1870-1945; An Introduction (London and
Basingstoke: Macmillan Press, 1983), hlm. 1 dan 11-24.
87 Eric Wolf, Petani Suatu Tinjauan Antropologis (Jakarta: YIIS, 1983),
hlm. 186.