Page 42 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 42
30 Tri Chandra Aprianto
di tingkat bawah, bukan sebaliknya. 78 Kesadaran dan kekuatan
masyarakat itu tidak semata-mata dalam bentuk ekspr
politik, tapi juga cita-cita ekonomi dan bahkan angan-angan
budaya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Ini adalah titik pijak utama dari bagaimana alur dalam
penelitian ini dikembangkan. Walaupun dalam realitas sosial yang
terjadi seringkali menunjukkan proses ”kekalahan” atas apa yang
telah dilakukan oleh masyarakat dalam proses sejarah. Kendati
itu tidak serta merta dapat menghapus dan
kehadiran serta bobot kekuatan politik yang telah dilakukan oleh
masyarakat. Sebaliknya, kendati mengalami ”kemenangan” ataupun
”kekalahan” yang dicapai oleh suatu kekuatan dari bawah, itu artinya
telah menghapus kesan bahwa seolah-olah kehadiran masyarakat
bawah dalam periode sejarah tertentu hanya sebagai sesuatu yang
disejarahkan begitu saja. Artinya masyarakat bukan sebagai aktor
utama dari suatu proses sejarah, hanya sebagai pelengkap dari suatu
peristiwa sejarah.
Pada titik ini perhatian masyarakat perkebunan sebagai aktor
utama dalam sejarah menjadi sangat penting. Dialektika masyarakat
perkebunan sebagai objek studi di sini tidaklah statis dan mekanis,
akan tetapi sangat dinamis. Terlebih lagi dinamika internal
kalangan masyarakat perkebunan y sudah
suatu organisasi yang menyertai keberadaan mereka. Beragam
organisasi yang berhubungan dengan masyarakat perkebunan, baik
itu buruh maupun tani hadir di Indonesia pada tahun-tahun awal
setelah proklamasi kemerdekaan. Kehadiran organisasi tersebut
memperkuat keberadaan masyarakat perkebunan di berbagai
wilayah Or tidak saja dilihat w
78 Sering terjadi perbedaan antara persepsi elite dengan persepsi
guna lihat W F W Elite vs Massa
(Yogyakarta: Resist dan LIBRA, 2009).