Page 43 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 43
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 31
pengungkapan (ekspresi) 79 dari rasa keinginan (aspirasi), tapi
sekaligus wahana pencapaian kepentingan massa raky
warga negara dalam konteks hubungan dengan ”negara”.
Berangkat dari gambaran di atas, studi ini mengambil tema
besar dimana upaya masyarakat perkebunan mewujudkan klaim atas
tanah-tanahnya. Masyarakat perkebunan menjadi agen dalam suatu
peristiwa sejarah, kendati dalam alur peristiwanya masyarakat bukan
merupakan agen yang tunggal. Ia terdiri dari kumpulan agen yang
prosesnya juga melampau proses dialektika. Dalam setiap pembabakan
waktunya, masyarakat perkebunan telah memasuki suatu arena dalam
upaya untuk mewujudkan gagasannya tersebut. Guna mewujudkan
gagasannya, masyarakat perkebunan juga dipengaruhi oleh struktur-
struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada di luar dirinya. Struktur
sosial yang mempengaruhi adalah dimana masyarakat perkebunan
berada. Jember merupakan satu kota yang basis kulturalnya adalah
masyarakat muslim tradisional. Ketertundukan pada tokoh agama atau
kyai sangat dominan. Sementara upaya untuk mewujudkan tuntutan
pada satu sisi dan dukungan dari kehendak para penyelenggara
negara y ingin mewujudkan penataan sumber-sumber agraria
secara adil merupakan gagasan yang revolusioner. Pada batas-batas
tertentu gagasan tersebut berbenturan dengan struktur sosial yang
ada. Masyarakat perkebunan Jember juga dipengaruhi oleh struktur
politik yang hadir pada periode pasca 1945, dimana partai politik juga
ikut mempengaruhi keberadaan masyarakat perkebunan. Begitu
juga dengan struktur ekonomi yang juga mempengaruhi keberadaan
masyarakat perkebunan.
Masyarakat perkebunan secara deinisi adalah masyarakat yang
tidak semata-mata sebagai sekelompok masyarakat yang bekerja di
79 Istilah ekspresi adalah rasa keinginan ini biasanya disebut oleh
kalangan ilmuwan gerakan suatu tindakan
atau tindakan kolektif untuk melakukan perubahan dalam satu
tatanan kehidupan sosial. Lihat pada Peter Burke. Sejarah dan Teori
Sosial (Jakarta: Yayasan Obor, 2001), hlm. 132-6.