Page 44 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 44
32 Tri Chandra Aprianto
wilayah pertanian. Masyarakat perkebunan ini sudah melampaui
istilah petani yang hanya memenuhi kebutuhan pangan. Masyarakat
perkebunan adalah petani yang sudah kompleks, yang pada tingkat
tertentu sudah tidak hanya memenuhi kebutuhan subsistensinya,
tetapi sudah berpikir tentang surplus dan hasilnya diserahkan
80
pada y serta memili kaitan dengan wilayah luar, hingga
seberang lautan. Karena tanamannya bukan untuk pemenuhan
kebutuhan subsistensi. Posisi masyarakat perkebunan selalu berada
dalam bayang-bayang (dominasi) dari yang ada di luar dirinya.
Bayang-bay itu berupa sewa dan per t
merupakan subordinasi dari kekuatan politik tertentu. Di samping
mereka juga memiliki gaya hidup tersendiri sebagai bentukan
dari budaya kolonial. Bangunan struktur sosialnya adalah pemilik
perkebunan dan buruh perkebunan, karena hubunganya bersifat
industrial. 81
atas sangat membantu untuk
pemahaman kita tentang masyarakat perkebunan seperti di Jember.
Masyarakat Jember sejak awal merupakan kumpulan dari beragam
suku bangsa, yang prosesnya melalui migrasi baik dari Pulau Madura
maupun dari daerah lain. Pada awalnya proses migrasi orang-orang
dari Pulau Madura tersebut masih bersifat coba-coba. Proses migrasi
dari masyarakat Madura ke Jember ini dikarenakan faktor kesuburan
alam. Pulau Madura pada saat itu merupakan wilayah yang tandus.
82
80 Untuk lebih detailnya lihat pada Eric R. Wolf, Petani Suatu Tinjauan
Antropologis (Jakarta: Rajawali, 1966).
81 Lihat Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan,
hlm. 145-52. Atau struktur yang lebih luar masyarakat di luar enclave
perkebunan juga menyerahkan tanaman perkebunannya kepada tuan
kebun.
82 Para migran dari Pulau Madura tersebut datang melalui Pelabuhan
Panarukan y secara geogr “berseberangan dengan daer
Sumenep (Madur dengan jalur dan Bondowoso
Jember Wilayah y dit oleh para migran terletak
Maesan (sekar bagian Bondow Jelbuk dan Arjasa