Page 37 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 37
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 25
menggambarkan bagaimana pertumbuhan ekonomi perkebunan
dengan menunjukkan angka-angka statistik dalam setiap periodenya.
Penulisan yang begitu panjang dan terlalu umum ini menyebabkan
tidak menyentuh dinamika masyarakat perkebunan pada masing-
masing periodenya. Dengan demikian tulisan dalam buku ini hanya
memberikan gambaran umum tentang keberadaan perkebunan di
Indonesia.
Sementara itu Pelzer 67 menyuguhkan gambaran tentang
berlangsungnya konlik antara masyarakat perkebunan dengan pihak
penguasa perusahaan perkebunan di Sumatera Timur. Pelzer telah
menampilkan bagaimana pertarungan dan konlik dalam perebutan
penataan sumber-sumber agraria di Sumatera Timur. Karya Pelzer hadir
memberi warna sejarah konlik, namun belum memberikan gambaran
wacana apa yang sedang bertarung, kemudian bagaimana ruang
perebutannya, serta bagaimana praktek dominasinya. Kendati begitu
tulisan ini telah dapat menuntun guna melihat secara nyata bagaimana
konlik tata kelola sumber-sumber agraria di wilayah perkebunan.
Hal serupa juga dapat dilihat dalam tulisan Stoler yang telah
merek kekuatan buruh perkebunan wilayah Sumater
Timur Apay ditulis oleh Stoler memberikan gambaran bahw
bagaimana kaum buruh perkebunan masuk dalam kerangka kerja
sirkuit kapitalisme. Apa yang digambarkan oleh Stoler ini sudah
cukup jelas bagaimana menuliskan sejarah bawah (history
from below). Stoler telah merekonstruksi kekuatan kaum buruh
perkebunan yang juga memiliki cita-cita politik, keinginan ekonomi,
dan angan-angan budayanya.
Kontur awal tenaga kerja perkebunan di Sumatera Timur adalah
beragam karena sistem kuli kontrak yang didatangkan dari Jawa
bercampur dari berbagai daerah lainnya. Perlahan membentuk satu
kelas buruh di masyarakat perkebunan. Dari sanalah kemudian
67 Karl J Pelzer, Sengketa Agraria, 1991.