Page 58 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 58
46 Tri Chandra Aprianto
tenggara kota Surabaya. Posisi kota ini terletak pada garis meridian
24
114-115 derajat bujur timur dan 8-9 derajat bujur lintang selatan.
Peta di bawah menggambarkan Jember merupakan daerah yang
sangat subur, karena berada di daerah yang memiliki banyak gunung
dan dialiri sungai-sungai besar.
Kedua, dalam memandang keberadaan masyarakatnya (petani),
tidak bisa lagi hanya sebatas dinamika sosial masyarakat Jember
yang merupakan masyarakat yang memiliki tradisi bercocok tanam,
selain tanaman pangan juga membudidayakan tanaman kebun,
termasuk yang berusia panjang.
Wujud dari dilema tersebut, orang luar memandang Jember
adalah wilayah yang kaya akan sumber-sumber agraria dan sumber
tenaga kerja yang masing-masing dapat dieskploitasi guna masuknya
alur akumulasi modal dan kekuasaan. Terdapat cara pandang baru
yang memisahkan antara masyarakat petani dengan tanahnya yang
dilakukan oleh orang luar. 25 Padahal masalah kesuburan tanah
dan masyarakat petani tidak bisa dipisahkan. Masyarakat petani
merupakan agen utama dari suatu praktek ekonomi, yang itu
memiliki kaitan nilai dengan keluarga, komunitas dan masyarakat.
Tanah bagi masyarakat petani tradisional di Jawa tidak hanya
merupakan suatu unit ekonomi dari petani, tapi juga memiliki
unsur-unsur nilai-nilai spiritual. Dengan demikian masyarakat
petani bukanlah semata-mata sebuah organisasi produksi yang
merupakan kumpulan orang-orang yang menggarap tanahnya, akan
tetapi mereka juga merupakan satu unit konsumsi kendati hal ini
belum berkaitan dengan keuntungan. Tentu saja ini bertentangan
26
24 Lihat pada ANRI Besoeki 2a.5, Algemeen Verslag van de Residentie
Besoeki en Banjoewangi, 1832.
25 Penjelasan mengenai pemisahan keduanya dan akibat-akibatnya dapat
dilihat pada Cornelis van Vollenhoven, Orang Indonesia, hlm. 12-29.
26 Pemahaman atas dilema petani dan tanah untuk tulisan ini diinpirasi
oleh tulisan Eric R. Wolf, Petani; Suatu Tinjauan Antropologis (Jakarta:
YIIS,1983), hlm. 18-27.