Page 59 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 59
Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan 47
dengan dilema pandangan orang luar dalam memandang Jember
yang semata-mata hanya memiliki nilai-nilai ekonomi yang lebih.
Pada akhir abad ke 18 Jember dipandang mampu mendulang
kapital dan kejayaan bagi orang luar. Bisa jadi, hasil bumi dari Jember
setara dengan hasil tambang batu-batu berharga. Tidak salah bila
27
kemudianAriin menyebutnyadengan istilah “emashijau”.
Sebuah metafora yang tidak terlalu berlebihan mengingat keluasan
tanah di Jember yang dipakai untuk tanaman perkebunan. Sejak
saat itu Jember secara perlahan mulai masuk dalam jaringan usaha
perkebunan yang terus mengalami perluasan di Pulau Jawa.
Jika ditelisik lebih jauh digabungnya Jember dalam jaringan pasar
internasional itu dilakukan oleh adanya ekspansi modal yang besar,
akan tetapi itu bukanlah penetrasi kapitalisme yang mendorong
lahirnya masyarakat seperti di Eropa. Proses penggabungannya
semata-mata akibat dari kebijakan politik negara kolonial yang
prakteknya bukan menjalankan kapitalisme murni, karena ada
banyak program pemerintah kolonial yang bersifat pemaksaan
bukan kerja yang bersifat mandiri. Setidaknya ada tiga praktek
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial: (i) mendorong adanya
perubahan struktur usaha pertanian dengan cara paksa, karena
dirombaknya stuktur agrarianya; (ii) menerapkan hubungan kerja
yang sifatnya non kapitalis, karena masih menerapkan fungsi-fungsi
kekuatan politik kultural masyarakat Jawa; dan (iii) melindungi
praktek-praktek monopoli usaha. Oleh sebab itu berkembang suatu
sistem sosial yang kompleks karena bercampurnya tiga macam usaha:
(i) usaha tani; (ii) usaha swasta; dan (iii) monopoli pemerintah. 28
27 Lihat pada Edy Burhan Ariin, ‘“Emas hijau” di Jember: Asal-usul,
Pertumbuhan Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat 1860-1980’ Tesis S2, Fakultas Sastra UGM, 1989.
28 Bandingkan dengan rumusan formasi sosial ekonomi di Pasuruan
y disusun Robert W Hefner Geger Tengger; Perubahan Sosial dan
Perkelahian Politik(A Wisnuhardana dan Imam
(Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 14-5.