Page 60 - Perjuangan Landreform Masyarakat Perkebunan: Partisipasi Politik, Klaim dan Konflik Agraria
P. 60

48    Tri Chandra Aprianto


                Memang pada tingkat tertentu kebijakan perusahaan perkebun-
            an dapat mengaitkan masyarakat di pelosok pedesaan dengan pasar
            internasional. Akan  tetapi praktek  ekonomi yang dijalankan  oleh
            pemerintah kolonial Belanda tidak mendorong lahirnya kapitalisme
            pribumi. Tampaknya   pemerintah  kolonial sangat  menghindari
            lahirnya  satu  kelas  ekonomi yang sadar  akan  kekuatan. Banyak
            sekali tenaga  kerja  pribumi yang hanya  dimobilisasi dalam  rangka
            pemenuhan  perusahaan  perkebunan, namun  itu  lebih  dikarenakan
            keterpaksaan  sistem  pembangunan  yang dikembangkan    pihak
            pemerintah, bukan karena pilihan bebas. Negara memonopoli pasaran
            tanah, untuk  menjamin  dirinya  mendapat  otoritas  dan  legalitas
            terakhir untuk mengatur. Bertentangan dengan sejumlah teori tentang
            perkembangan kapitalisme, maka bergabungnya masyarakat pribumi

            dengan sistem kapitalisme internasional bukan merupakan jaminan
            bahwa hubungan produksi lokal akan berubah mengikuti cara-cara

            kapitalis. 29  Karena  tidak  memiliki usaha  dalam  skala  besar, serta




            dipaksa menerapkan pola   or  menyewa sekalipun bekerja

            di lahan  pertanian  sendiri, pada  akhirnya  masyarakat  di pedesaan
            yang dilingkupi perusahaan perkebunan merupakan masyarakat yang
            didominasi. Mereka  dihubungkan  dengan  pasar  internasional oleh
            kekuasaan negara, bukan oleh dinamisasi borjuasi pribumi. 30

                Mulailah  saat  itu, kekuatan  modal besar  dengan  berani
            menanamkan investasinya untuk melahirkan perusahaan perkebunan
            di Jember. Pada awalnya usaha tersebut dilakukan secara kecil-kecilan

            dengan modal partikelir, kemudian membesar pada tahun 1830-an.
                                                                        31
            Setidaknya  ada  empat  investor  swasta  asing  sebagai  perintis  yang
            menanamkan modalnya guna membuka lahan perkebunan di Jember.


            29  Bandingkan dengan Jan Breman, Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja:
                Jawa di Masa Kolonial (Jakarta: LP3ES, 1986), hlm. 51.
            30  Robert W Hefner, Geger Tengger, hlm 71-2.
            31   Menurut  Robert  Van  Niel,  ‘Warisan  Sistem  Tanam  Paksa  Bagi
                Perkembangan Ekonomi Berikutnya’, dalam Ann Booth (ed.), Sejarah
                Ekonomi Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm 109.
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65