Page 65 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 65

batang-batang  kayu  yang  besar-besar  dari  puncak  gunung  untuk
            digulinakgan  ke  bawah.  Satu-satunya  jalcinan  yang  dibukakan
            untuk mendaki gunung pertahanan itu.
                Pada  tahun  1 914  tibalah  pasukan  marsose  Belanda  untuk
            menaklukan  Polonui.  Segera  mereka  mendaki  gunung  melalui
            jalan  yang  sudah  dibukakan.  Setelah  seluruh  pasukan  berada  di
            lereng  gunung,  dilepaskanlah  batang-batang  kayu  yang  terikat
            di  puncak gunung,  menggulung  dan menghancurkan pasukan yang
            sementara  mendaki.  Korban  Belanda  tidak  sedikit,  tetapi  pada
            serangan  berikutnya  Polonui  sudah  menghilang,  dan  Belanda
            kembali  ke  Kendari  tanpa  korban  apa-apa.  Sejak  itu  Belanda
            beranggapan  bahwa  Polonui  sudah  meninggal.  Tetapi  ternyata
            kemudian  Polonyi  masih  mengasingkan  diri  di  hutan-hutan  dan
            nan ti  pada  tahun  1 916  beliau · meninggal  karena  sakit.  Setelah
            dianggap  oleh Belanda  bahwa perlawanan tak mungkin lagi timbul
            diadakanlah  perundingan dengan bangsawan-bangsawan yang tidak
            menentang,  lalu  ditanda  tanganilah  Lange  Verklaring pada  tahun
            1917.  Pada  pihak  Belanda  diwakili  G.G.  Van  Reil,  Assistent
            T.B.  Houdhar,  Controleur  Kapten  Leger  dan  pihak  Laiwoi,
            Sao-S  o  Latombili, Tunduala,  Rakawula.  Tetapi namun  demikian
            pada  tahun  1918  timbul  pula  gerakan  perlawanan  Laulewulu
            bertempat  di  Wuu  Ura  dekat  Motaha  sekarang.  Perlawanan
            tersebut  segera  dapat  ditumpas  oleh  marsose  Belanda  atas
            petunjuk Haji Taata (TUA HADI).
                 Semua  perlawanan  yang  terjadi  sebagaimana  disebutkan  di
            atas  merupakan  rangkaian  perlawanan  kerajaan Konawe  terhadap
            Hindia Belanda dan kerajaan bonekanya "kerajaan Laiwoi '.'
                 Situasi  politik  tetap  membara  laksana  api  dalam  sekam.
            Kecintaan  rakyat  terhadap  Konawe  tetap  berkobar  dalam  jiwa
            rakyat  meskipun  kolonial  Belanda  telal1  menghancurkan  kerajaan
            Konawe  dan  mendirikan  kerajaan  Laiwoi  di  atas  puing-puing
            reruntuhan  kerajaan  Konawe.  Konawe  telah ratusan  talrnn berdiri
            megah,  baik  defacto  maupun  de  yure  atas  wilayahnya,  baik  ke
            dalam  maupun ke luar.  Dengan  kemenangan  piliak Belanda dalam
            perang Konawe tahun  1918, Kerjaan Konawe berakhir riwayatnya.
            Pemerintah  kolonial  melarang  menyebut  Konawe  secara  umum
            dan  memamerkan     adat  Konawe,  adalah  menjadi  tabu  untuk
            rakyat.

            56
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70