Page 61 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 61
pasukan Belanda menegaskan bahwa tidak ada perlawanan· yang
berarti kecuali pertempuran Puundombi yang menyebabkan
pasukan Belanda menjadi kewalahan. Andaikata Langgolo tidak
gugur pasti pasukan Belanda akan tetap terpukul muncur. Tetapi
karena Langgolo telah gugur, langkah selanjutnya Watukila
perintahkan laskarnya menghutan, menghindari pasukan Belanda.
Watukila sendiri menginggalkan Tanea dan berdiam di rumah
sepupunya yang terletak antara Tinobu dan Ulu Anggotoa.
Meskipun pihak Belanda telah meng-µasai seluruh daerah
Pusat Konawe, namun atas prakarsa Haji Taata dan Sao-Sao,
pihak Belanda masih mengirim perutusan kepada Watukila agar
bersedia berdamai dan kembali ke Tanea. Jaminan keamanan
dirinya bersama laskarnya, ditanggung oleh pihak . Belanda asal
tidak melawan lagi. Tawaran Belanda ini tidak segera diterimanya.
Akhirnya Haji Taata menemuinya di tempat yang sudah ditentu-
kan dan barulah Watukila bersedia kembali ke Tanea.
Akan tetapi apa yang terjadi setelah kembali ke Tanea?
Watukila/Panglima Una sebagai Pimpinan tertinggi laskar Konawe
bersama para pengikutnya langsung ditawan. Ribuan laskar yang
ditawan di Tanea dan selanjutnya sebagian tawanan diangkut ke
Makassar (sekarang Ujung Pandang) Jalu dipenjarakan.
Watukila sebagai pimpinan tertinggi perlawanan Konawe
karena melawan Belanda dan kerajaan Laiwoi, harus menerima
hadiah penjara di Makassar bersama-sama Jaskar lainnya dari
Konawe. Mereka berjuang dan berperang meempertahankan tanah
tumpah darah mereka yang tercinta. Mereka adalah pahlawan-
pahlawan tanah air yang dengan kesatria berperang tak mengenal
maut melawan kolonial Belanda yang hendak menguasai tanah
tumpah darah meereka. Mereka mengangkat senjata mempertaruh-
kan jiwa raganya demi untuk kemerdekaan tanah tumpah darah
mereka. Nilai perlawanan Watukila ini pada hakekatnya tidak
berbeda dengan nilai perlawanan para pahlawan: Iman Bonjol,
Teuku Umar, Dipenogoro, Hasanuddin dan Patimura. Mereka ini
adalah pejuang-pejuang yang cinta kepada tanah kelahiran mereka
yang kemudian setelah Proklamasi I 7 Agustus 1945 mereka-
mereka ini diakui sebagai pahlawan nasional. Demikianlah para
laskar Konawe yang berperang melawan Belanda, ditawan
52