Page 64 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 64
Pada tahun 1908 patroli marsose Belanda yang dipimpin oleh
seorang Kapten dan rombongan Controleur diserang oleh pasukan
Lapadi bertempat di Windo. Serangan tersebut terjadi secara
tiba-tiba menyebabkan beberapa orang marsose Belanda menjadi
korban. Belanda mempersiapkan tenaga penyerang yang jumlah-
nya lebih besar, lalu melancarkan serangan-serangan ke kubu
pertahanan Windo. Pasukan L padi berjuang dengan gigih,
menangkis setiap serangan Belanda. Perlawanan Lapadi ber-
langsung sampai tahun 1910. Oleh karena siasat busuk seorang
juru bahasa Belanda yang bernama La Ende, Lapadi tertipu dan
terkepung pada bulan Desember 1910 di Ngapamandati, akhirnya
ditangkap dan dipenjarakan di Kendari. Dari penjara Lapadi
berhasil meloloskan diri lalu kembali menyusun barisan perlawan-
an. Pada suatu saat di tahun 19 rI kubu pertahanan Lapadi dapat
ditembus oleh marsose. Pasukannya yang bertahan hanya satu
regu bersama puteri Lapadi yang bernama Aliyina. Serbuah
musuh demikian hebatnya namun isi benteng bertahan mati-
matian di dalamnya sampai gugur semuanya. Pada benteng tempat
bertahan dan gugur itulah pasukan Lapadi dan pembantunya
Aliyina dikuburkan secara massal. Lapadi sendiri bertualangan ke
gunung-gunung dan akhirnya meninggal pada tahun 1914 karena
sakit, lalu dimakamkan di kampung Manumohewu.
Di Palangga, seorang pemberani bernama Lamangga,
menentang kehadiran Belanda. Dia mempersiapkan diri akan
membunuh Controleur yang akantiba di kampung kediamannya;
senjatanya yang terjadi dari taawu (parang panjang) dan tombak
diasah setajam-tajamnya. Persiapan Lamangga sempat diketahui
oleh Polingay seorang bangsawan di tempat itu. Dengan siasat
tipu muslihat, akhirnya Lamangga dibunuh oleh suruhan Polingay.
Sebagai penghargaan Belanda, atas jasa Polingay membunuh
Lamangga, Polingay · diangkat menjadi Kepala Distrik Palangga.
Peristiwa terbunuhnya Lamangga terjadi dalam tahun 1911. 4)
Selanjutnya di Wawowonua dekat Baito, terdapat pula suatu
pertahanan menentang kehadiran Belanda di Konawe Selatan.
"Polonui"itulah nama pimpinan gerakan perlawanan di Wawowo-
nua, memilih puncak sebuah gunung sebagai kubu pertahanannya.
Lereng gunung dibersihkan dari pohon-pohon, lalu dipersiapkan
55