Page 90 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 90
Pada zaman Jepang di Sulawesi Tenggara perdagangan dapat
dikatakan Iumpuh. Bahan-bahan kebutuhan hidup yang didatang-
kan dari Iuar dapat dikatakan hilarig dari pasaran. Inflasi me-
ningkat, nilai uang tidak ada. Barang-barang yang dibutuhkan
hampir tidak ditemukan di pasar, walaupun ingin dibayar tinggi.
Yang menyolok sekali adalah bahan pakaian, sampai ada
rakyat yang memakai karung atau karoro.15)
Produksi bahan makanan merosot, semua hasil pertanian/
produksi bahan makanan diperuntukan bagi keperluan perang.
Onderneming kelapa peninggalan pemerintah Hindia Belanda
di Tobea, pengolahan kayu jati semuanya diambil alih Jepang.
Lahirlah kemerosotan ekonomi yang selalu dibarengi dengan
kemorosotan moral. Akibat kesukaran hidup, banyak rakyat yang
seolah-olah hidup menghambakan dirinya kepada Jepang untuk
sekedar mendapatkan sesuap nasi.
Dalam keadaan ekonomi sedemikian itu, J epang telah menim-
bulkan kebejatan moral. Para kaki tangan J epang mengumpulkan
wanita dari kampung-kampung dan diperlakukan sebagai peng-
hibur tentara Jepang yang disebut "yanjo". Kesulitan hidup dan
ketakutan masyarakat menyebabkan keluarga mengorbankan
anak-anak gadisnya.
b. Keadaan sosial budaya
Di zaman Jepang, pendidikan mendapat perhatian sekedar-
nya. Di semua kampung terdapat Sekolah Rendah 3 Tahun yang
disebut Futsu U kogakko dan Vervolgschool yang berkelas V
dijadikan berkelas VJ dan disebut Jokyu Kogakko. Jokyu Ko-
gakko hanya terdapat di Raha yaitu ditempat kedudukan Bunken
Kanrikan.
Kurikulum pendidikan hampir sama dengan kuriku-Jum
di zaman Hindia Belanda, kecuali itu ditambahkan mata pelajaran
bahasa dan huruf Jepang dalam aksara Katakana, Hiragana dan
Kanji. Pelajaran seni-suara berupa lagu-lagu Mars Perang dan lagu-
lagi Jepang nampaknya sangat digemari oleh anak-anak. Sebelum
sekolah dimulai, murid-murid diwajibkan senam pagi yang disebut
81