Page 85 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 85
nya selaku Raja Muna, diusahakanlah secara diam-diam menjalin
hubungan kerja sama atara Muna dengan Gowa untuk menyerang
Buton yang pada saat itu bersekutu dengan Aru Palaka dan
Kompeni Belanda. Di samping Aru Palaka dan Kompeni Belanda
yang bersekutu dengan Buton juga turut memihak Buton dengan
memberikan bantuan pasukan ialah kerajaan Konawe dan Ternate.
Pasukan bantuan dari Konawe dipimpin oleh Kapita Lau Sambara
"Haribau" dan Panglirna Kerajaan Konawe "Pakandeate" sedang
pasukan Ternate dipirnpin oleh "Kaicil Sibori Amsterdam". 9)
Dalam pertempuran di perairan Buton di sekitar pulau
Makassar, pasukan Gowa dan Muna mengalami kekalahan yang
ditandai oleh kehancuran armada Gowa dan diakhiri dengan suatu
perjanjian yang disebut Tractaat van Bongaya atau Perjanjian
Bongaya yang ditandatangani pada tanggal 10 Nopemberl667. lsi-
nya antara lain berbunyi :
Pasal 16
Sultan (amsksudnya Sultan Gowa) melepaskan segala haknya atas
Bu ton.
Pasal l 7
Sultan harus melepaskan hak-haknya atas pulau-pulau Sula dan
pulau-pulau yang termasuk keki.1asaan Ternete seperti Selayar,
Muna dan seluruh daerah di pesisir timur Sulawesi, yaitu mulai
dari sana sampai Manado, pulau Banggai, Gapi dan 1ain-lainnya
yang terletak antara Mandar dan Manado seperti Lambangi, Kaidi-
pan,Buwol, Toli-Toli, Dampelas, Balaisang dan Kaili. 10)
Dengan isi Perjanjian Bongaya itu La Ode Kaindea/raja Muna
tidak merasa terikat di dalamnya, bahkan terdapat kecenderungan
masih berkeras kepala terhadap kekuasaan Buton dan Kompeni
Belanda. Oleh sebab itu dengan suatu pasukan gabungan, Kompeni
melancarkan serangan terhadap Muna dan Tiworo yang akhirnya
takluk pada tahun 1668.
Pada tahun I 710 La Ode Kontukoda dari Muna berangkat
lagi ke Gowa untuk mencari hubungan kerja sama dengan kerajaan
Gowa guna menghadapi V.O.C. Usaha tersebut rupanya tidak
berhasil, berhubung Sultan Gowa "Ismail La Pareppa To Soppewa-
76