Page 82 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 82

rakyat semakin meluas dan keadaan itu :cukup1 dipahami Pemerin-
           tah Belanda.
               Untuk  melunakkan  hati  rakyat  Muna  di  lakukanlah  oleh
           pemeriksah  suatu  tindakan  mengimbangi  dukungan  pemerintah
           Belanda terhadap usaha Missi dan Zending sebagai salah satu reeali-
           sasi  politik  etis,  yaitu  dengan  mengizinkan  Perkumpulan Muham-
           madiyah  untuk  mendirikan  Sekolah  Muhammadiyah  di  Raha.
           Sekolah Muhammadiyah didirikan pada tahun  1933 yang dipimpin
           oleh  La  Kare,  tetapi  sekolah  tersebut  hanya  berusia  dua  tahun.
           Pada  tahun  1935  sekolah  ditutup  dan  La  Kare  ditangkap Belanda
           dengan  tuduhan  bahwa  La Kare menyelahgunakan surat izin mem-
           buka sekolah  yang dijadikan  wadah pembibitan tenaga-tenaga anti
           Pemerintah  Hindia  Belanda.  Karena   Belanda  menghawatirkan
          kerusuhan  yang  bisa  timbul  dari  perasaan  nasionalis yang tumbuh
           di  kal ang~n  masyarakat  Muna  yang  terbukti  telah  berulang  kali
           memusuhi  Belanda,  maka  sejak  tahun  1930  tidak  ada  lagi  peng-
           angkatan  aparat  pimpinan  kerjaan  Muna.  Untuk  keperluan
           pemerintah  Belanda  di  Muna,  penanganannya  langsung  diseleng-
          garakan oleh Sultan Buton.


          2.   Wujud  perlawanan.
               Usaha  V.O.C.  untuk  menaklukan  anak  negeri  dengan  siasat
          mengadu  domba  kemudian  menguasai  atau  yang  dikenal  dengan
          politik  devide  et  empera  memang  telah  lama  diketahui  dan  di-
          sadari  oleh  La  Ode  Kaindea.  Oleh  sebab  itu  beliau  tidak  meng-
          izinkan kehadiran V.O.C. Belanda di wilayah kerajaan Muna.
               Perbedaan  pendapat  antara  Buton  dan  Muna  karena  ditiup-
          tiup  oleh  Belanda  lalu  berkembang menjadi  pertentangan  dan
          permusuhan  yang  melibatkan  beberapa  kerajaan  dalam  suatu
          peperangan  terbuka,  merupakan  suatu peristiwa yang lazim terjadi
          sebagai  buah  siasat  Belanda untuk melemahkan kekuatan raja-raja
          di Indonesia.
               Setelah  perjanjian  Ternate  pada  tahun  1664  dan  perjanjian
          Bongaya  pada  tahun  1667 sebagai  suatu pertandaan  kemenangan
          Belanda  terhadap  kekuatan  anak  negeri,  maka  dengan  kekuatan
          gabungan,  pasukan  Belanda  menyerang  dan  menaklukan  La  Ode


                                                                      73
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87