Page 79 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPREALISME DAN KOLOLISME DI DAERAH SULAWESI TENGGARA
P. 79

bahkan  beliau  tetap  berkeras kepala.  Atas  dasar itu, maka  setelah
            perang  Gowa  selesai,  dengan  suatu  pasukan  gabungan,  Belanda
            menyerang serta menaklukan Muna dan Tiworo pada tahun  1668.
                La  Ode  Kaindea  dikalahkan  tetapi  tidak  diturunkan  dari
            takhta,  sekalipun hanya berupa simbol belaka. Untuk menjalankan
            pemrintahan harus didampingi  oleh  seorang pejabat yang ditunjuk
            oleh  Sultan  Buton.  Dalam. hubungan  itu  diangkatlah  La  Ode
            Muhammad  Idris  seorang  Kapita  Lao  dari  Buton  dalam  jabatan
            itu.  Beliau  diberikan  gelar  Sarano  Kaindea  artinya  Pelaksana
            Pemerintahan Raja La Ode Kainde.
                Tidak lama kemudian raja  La  Ode Kaindea meninggal dunia.
            Yang  akan menggantikannya ialah  putera mahkota yang  bernama
            La  Ode Tugho.  Sebelum  beliau  meninggal  telah  dinasihatkan  ke-
            pada  anaknya  yaitu  dengan  kembali  mengawini  Wa  Ode  Sope
            bekas  tunangan  yang  tidak jadi  dikawininya  dan  telah pula me-
            nyebabkan  sengketa  Buton  -  Muna  menjadi  memuncak  yang
            berkesudahan dengan campur tangan bangsa asing.
                 La  Ode  Tugho  mematuhi  nasihat  ayahnya  dan  hasilnya
            sangat  baik.  Hubungan  Buton  dengan  Muna  segera  pulih  kembali
            dan   La  Ode  Tugho  naik  takhta  tanpa  ham batan  dari  Bu ton,
            malahan  La  Ode  Muhammad  Idris  ditarik  kem bali  ke  Bu ton.
            Jadi  kedaulatan  Raja  Muna  kembali pulih  di  tangan Taja  La  Ode
            Tugho.
                 Di  masa  pemerintahan  Raja  La  Ode  Tugho,  agama  Islam
            masuk  di  kerajaan  Muna  dengan  perantaraan  seorang  mubaligh
            yang bernama'Saidi Raba (Said Arab?).
                 La  Ode  Tugho  masuk  Islam  dan  menjadikan  Islam  sebagai
            agama  kerajaan.  Pemerintahannya dijalankan  menurut hukum dan
            syariat Islam.
                 Beberapa  lama  kemudian  pemerintahan  La  Ode  Tugho
            berakhir  dan  digantikan  oleh  La  Ode  Husain  yang  sangat  taat
            menjalankan  syariat  Islam.  Orang-orang  Belanda  yang  tergabung
            dalam  V.O.C.  karena  beragama  Kristen,  menjadi  kebencian  La
            Ode Husain.  Mereka  dianggap  lawan,  sehingga  segala  langkah dan
            tindak  laku  orang-orang  Belanda  dipandang  bertentangan  dengan
            ajaran  agama  Islam.  Kebebasan  V.O.C.  Belanda  berdagang  di


           70
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84