Page 81 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 81

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Malaysia,  Singapura  dan  Sumatera  nantinya  akan  dijadikan  sebagai
                                   6
                bagian dari Jepang.
                        Kedudukan  Sumatera  yang  istimewa  tersebut  membuat  para
                petinggi  Tentara  ke-25  di  Bukittinggi  mengambil  sikap  yang  banyak
                berbeda  dari  para  perwira  Tentara  ke-16  di  Pulau  Jawa.  Masa  ―bulan
                madu‖ dengan  kelompok-kelompok yang mendukung kedatangannya
                ke  Sumatera,  misalnya  dengan    Pasukan  ―F-Kikan‖   dan  para  ulama,
                                                                  7
                terutama ulama Aceh yang tergabung ke dalam PUSA (Persatuan Ulama
                              8
                Seluruh Aceh)  berakhir dalam waktu yang singkat, bahkan setelah itu
                para  pendukungnya,  terutama  para  pemuda  (preman)  yang  direkrut
                menjadi  anggota  ―F-Kikan‖,  diperlakukan  dengan  kasar  dan  kejam.
                Banyak  dari  mantan  anggota  kelompok  ini  yang  dipenjarkan  oleh
                kempeitai  (polisi  militer  Jepang)  karena  dituduh  melanggar  ketertiban
                serta  membuat  keonaran.  Janji-janji  kemerdekaan  bagi  India  Timur
                ―kelak  di  kemudian  hari‖,  seperti  yang  dinyatakan  Perdana  Menteri
                Koiso  tanggal  7  September  1944  (yang  direspon  dengan  sangat  aktif
                oleh para perwira di Jawa) nyaris tidak terdengar di Sumatera. Petinggi
                Tentara  ke-25  juga  menggagalkan  keikutsertaan  Sumatera  dalam
                BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di
                samping  itu,  para  petinggi  Tentara  ke-25  juga  berkali-kali  menolak
                usulan Sukarno yang ingin mengunjungi Sumatera.
                         Tentara  ke-16  juga  melakukan  kontrol  yang  keras  terhadap
                media massa. Pada awalnya, Bukittinggi hanya mengizinkan satu radio
                untuk  seluruh  Sumatera  yang  dinamakan  Sumatera  Hosokyoku  (Radio
                Sumatera).  Kemudian  diizinkan  satu  radio  untuk  masing-masing  Shu
                (Radio  Hodokan).    Siaran  radio  lain,  radio  swasta  tidak  diizinkan
                mengudara.  Tidak  itu  saja,  mendengarkan  siaran  radio  lain,  apalagi
                siaran radio sekutu sangat dilarang (umumnya radio disegel dan banyak
                pula  yang  disita  oleh  penguasa  Jepang).  Barang  siapa  yang  diketahui
                mendengarkan  siaran  radio  asing  akan  dihukum  dengan  keras.  Surat
                kabar dan majalah juga dikuasai dan dikontrol Gunseikan di Bukittinggi
                atau Shu Chokan di masing-masing keresidenan. Pada awalnya, hanya
                diizinkan  satu  surat  kabar  untuk  seluruh  Sumatera,  yakni  Sumatora
                Sinbun  (Kita  Sumatora  Sinbun).  Kemudian,  pada  beberapa  Shu  juga
                terbit surat  kabar  lokal  yang  dikontrol dengan  ketat  oleh  Shu Chokan
                dan umumnya bernama sesuai dengan Shu yang bersangkutan, seperti
                Atjeh Shinbun, Padang Nippo, Palembang Shimbun, Bengkulu Shimbun,
                dan  Lampung  Shimbun.  Di  samping  itu,  Panglima  Tentara  ke-25  dan



                                                                                  69
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86