Page 134 - Pengawasan-Mutu-Pangan_SC
P. 134

  Pengawasan Mutu Pangan  




               Ringkasan

               1)    Menyadari  permasalahan  makanan  yang  sangat  kompleks,  maka  pendekatan  sistem
                     pengawasannya dikembangkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1) Sistem pengawasan Produsen,
                     2)  Sistem  Pengawasan  pemerintah,  dan  3)  Sistem  pengawasan  Konsumen.  Sesuai
                     peraturan  perundangan  yang  berlaku,  produsen  bertanggung  jawab  atas  mutu  dan
                     keamanan  produk  yang  dihasilkannya.  Oleh  karena  itu,  produsen  harus  memiliki
                     pengawasan internal atau manajemen pengawasan mutu yang dapat mendeteksi mutu
                     produk sejak awal proses hingga produk akhir (final product) dan beredar di pasaran.
               2)    Umumnya karakteristik mutu, seperti keamanan pangan dan nilai gizi menjadi dasar
                     pemilihan suatu produk pangan. Dengan demikian, di dalam memproduksi suatu produk
                     pangan  perlu  dipertimbangkan  komposisi  bahan  baku,  cara  pengolahan  dengan
                     memperhatikan sifat fisiko-kimia serta pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi produk
                     yang dihasilkan. Oleh karena itu, produsen seharusnya menerapkan standar prosedur
                     pengolahan seperti Good Manufacturing Practices (GMP), Good Laboratory Practices
                     (GLP),  Hazard  Analytical  Control  Ponits  (HACCP),  ISO,  dan  lain-lain,  ternyata  belum
                     sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
               3)    Prinsip dasar dalam penerapan GMP adalah :
                     i.    Proses manufaktur secara jelas didefinisikan dan dikendalikan. Semua proses kritis
                           divalidasi untuk memastikan konsistensi dan kesesuaian dengan spesifikasi.
                     ii.   Proses manufaktur dikendalikan, dan setiap perubahan pada proses dievaluasi.
                           Perubahan  yang  berdampak  pada  kualitas  produk  divalidasi  sebagaimana
                           diperlukan.
                    iii.   Instruksi dan prosedur ditulis dalam bahasa yang jelas dan tidak ambigu, sebagai
                           bentuk Praktek Dokumentasi Baik.
                    iv.    Operator dilatih untuk melaksanakan dan mendokumentasikan prosedur.
                     v.    Record dibuat, secara manual atau dengan instrumen, selama manufaktur yang
                           menunjukkan bahwa semua langkah yang diperlukan oleh prosedur dan instruksi
                           pada  kenyataannya  yang  diambil  dan  bahwa  kuantitas  dan  kualitas  produk  itu
                           seperti  yang  diharapkan.  Penyimpangan  yang  diteliti  dan  didokumentasikan.
                           Record manufaktur (termasuk distribusi) yang memungkinkan sejarah lengkap dari
                           sebuah batch untuk ditelusuri dipertahankan dalam bentuk dipahami dan mudah
                           diakses.
               4)    GMP  bukanlah  sistem  mutu  yang  baru  dikenal  di  Indonesia,  karena  Departemen
                     Kesehatan RI telah sejak Tahun 1978 memperkenalkan GMP melalui Keputusan Menteri
                     Kesehatan RI No. 23/MEN.KES/SK/I/1978 Tanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman
                     Cara  Produksi  yang  Baik  untuk  Makanan.  Selanjutnya,  melalui  Peraturan  Menteri
                     Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
                     Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
                     Indonesia  Nomor  1096/MENKES/PER/VI/2011  tentang  Higiene  Sanitasi  Jasaboga,
                     sebagai  perlindungan  masyarakat  dari  makanan  dan  minuman  yang  dikelola  rumah




                                                           127
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139