Page 107 - Tenggelamnya Kapal
P. 107

20. RUMAH TANGGA



               DI RANTAU, hidup orang dagang itu menjadi rapat. Maka sejak hari perkenalan itu, tersimpullah
               kembali dengan selekasnya tali persahabatan di antara kedua suami isteri itu dengan Zai
               nuddin. Pada raut muka atau sikap dan restu Zainuddin, tidak kelihatan lagi bekas-bekas
               penyakit lama. Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa isterinya ziarah ke rumah
               Zainuddin. Dan beberapa hari di belakang, Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz. Di
               sanalah mereka mengatur budi bahasa yang halus, memperingati zaman yang lampau tatkala di
               Padang Panjang, yang sekira-kira tidak akan menyedar kepada pembicaraan cinta.

               Tetapi ada suatu rahasia rumah tangga yang telah terjadi di antara kedua suami isteri itu.
               Terjadinya bukan setelah bertemu dengan Zainuddin, tetapi sebelumnya, sejak mereka
               menjejak tanah Jawa.
               Dari sedikit ke sedikit telah nyata bahwa cinta Aziz kepada Hayati, adalah cinta sebagaimana
               disebut orang pada waktu sekarang. Yaitu cinta yang ditakuti oleh Zainuddin dan telah pernah
               diterangkannya dalam suratnya kepada Hayati seketika dia akan kawin. Aziz sanggup
               memberikan segenap kesenangan kepada Hayati, yakni kesenangan harta benda, tetapi hati
               mereka sejak bergaul, bukan kian lama kian kenal, hanya kian lama kian nyata bahwa haluan
               tidak sama. Cinta menurut artian yang dipakai oleh Aziz ialah pada rupa yang mungil dan cantik,
               pada bunga yang baru kembang yang mekar. Bilamana sebab-sebab itu sudah tak ada lagi,
               cinta pun kendorlah. Sejak mulai kendomya, maka kesungguhan-kesungguhan telah berganti
               dengan pura-pura. Diberikannya muka yang manis dan mulut yang manis kepada si [170] isteri,
               tetapi oleh si isteri sendiri terasa bahwa ini hanya pura-pura. Sedangkan anak kecil kita dukung,
               sedang perhatian kita kepada yang lain, menangis dia, kononlah manusia yang berakal.

               Kian lama kian terasalah oleh Hayati kesepian dirinya. Bahwa ia hidup dikelilingi oleh tembok
               yang pucat, tak berteman dan berhandai, kecuali air mata dan ratapnya. Insyaflah dia sekarang
               bahwa pertaliannya dengan Aziz bukan pertalian nikmat yang dirasainya seketika dia mulai
               kenal kepada Zainuddin dahulunya. Mulai dari sedikit ke sedikit terasa olehnya, bahwa di antara
               jiwanya dengan jiwa dan haluan suaminya, ialah peremmuan di antara minyak dengan air.

               Sudah hampir 2 tahun pergaulan itu. Aziz telah mulai bosan melihat isterinya. Karena di kota
               yang ramai dan bebas, kalau cinta itu hanya pada kecantikan, maka kecantikan seorang pe
               rempuan kelak akan dikalahkan pula oleh kecantikan yang lain. Perubahan perangai Aziz ketika
               mulai beristeri adalah perubahan dibuat-buat. Perbuatan yang dibuat-buat biasanya tiada tahan
               lama.

               Yang lekas membosankan Aziz ialah tabiat Hayati yang tenang, yang tidak tahu merupakan
               gembira, yang terlalu keagama-agamaan. Keindahan pakaian dan bentuknya cara kota itu
               kurang begitu disetujuinya.
               Ada perempuan yang tak mempunyai haluan dalam hidupnya, hanya menurutkan bentuk dan
               gaya suami. Tetapi ada pula perempuan yang tetap pada pendiriannya, walau pun bagaimana
               haluan suaminya. Bagi Aziz ketika mulai kawin, bukan haluan, bukan perangai dan bukan
               didikan Hayati yang jadi perkaranya, tetapi wajah yang cantik molek. Jadi nyatalah bahwa pada
               hakikatnya bukanlah Hayati jodoh Aziz, tetapi perempuan yang kekotakotaan, yang mau sama-
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112