Page 108 - Tenggelamnya Kapal
P. 108
lama meminum seteguk air kelezatan dunia ini. Jodoh Hayati yang sejati, yang sama-sama lebih
banyak tekur dari pada tengadahnya, bukan orang lain, melainkan Zainuddin juga.
Di zaman kini belum sampai pikiran orang kepada menyelidiki haluan cinta dan derajat, mencari
pasangan angan dan cita. Di zaman kini yang lebih dipentingkan orang ialah perkawinan wang,
bangsa, perkawinan adat dan turunan. Manusia di zaman kini baru melihat kulit. Kalau
dilihatnya rumah yang indah, keindahan itu yang mencengangkannya bukan kepintaran yang
mengatur petanya. Kalau dibacanya hikayat yang bagus, bukan pikiran pengarang yang
diselaminya, tetapi dia menggeleng-geleng membaca susun katanya. Kalau dia tertarik dengan
rupa perempuan cantik, kepada haws nafsu kesetananlah terhadap pikirannya, bukan kepada
kekuasaan Tuhan yang menciptakannya.
Bukan orang pezina peminum khamar, bukan pencopet pemaling saja yang patut disebut
sampah masyarakat. Tetapi orang-orang inilah sampah masyarakat yang lebih halus tetapi
berbahaya. Mereka tertawa diwaktu orang lain menangis, pikiran mereka hanya mengumpulkan
harta benda pelepaskan nafsu hidup. Ada pun orang yang memandang dunia sampai
kebatinnya, yang tidak mengaji perbedaan pangkat dan derajat, harta benda dan kekayaan,
hanya memandang kepada budi, dan bahasa, sedikit sekali jumlahnya. Apa lagi zaman sekarang
digelari orang zaman kebendaan.
Kalau bertemu atau berkawin golongan pertama dengan golongan kedua ini, pergaulannya
tidaklah akan tenteram. Walau pun lama, maka rumah tangganya bukan sarang kebahagiaan,
tetapi neraka hidup. Kalau yang perempuan masuk golongan yang pertama, berapa pun
banyaknya gaji suaminya, walau pun pangkat suaminya lebih tinggi dari pangkat Nabi Sulaiman,
dan kekayaannya lebih banyak dari pada kekayaan Raja Qarun, tidaklah orang dalam rumah itu
akan melihat kecukupan dan keriangan.
Demikian juga sebahknya; kalau yang laki-laki hatinya hati layang-layang, hati golonein pertama
tadi, dan isterinya masuk golongan yang kedua, maka si isteri hanyalah lepau tempat singgah
bagi suaminya ketika ia lelah berjalan.
Kesenangan di luar rumah, bukan di dalam rumah. Orang [172] yang begini selama-lamanya
tidak merasa kepuasan. Perkataan talak, cerai, fasakh dan khulu' adalah perkataan yang ringan
sekali dari mulutnya. Perempuan yang jadi isterinya selama hidup nya makan hati berulam
jantung. Dan yang sayangnya penyakit ini berbekas kepada anak-anaknya.
Marilah kita namai golongan pertama golongan kebendaan, dan golongan yang kedua golongan
kejiwaan. Golongan pertama memungkiri alam dan suka kepada kemewahan. Negeri yang
mereka sukai ialah kota-kota yang ramai. Pakaian yang mereka sukai, jika dia perempuan, ialah
yang paling ganjil, yang paling menarik mata laki-laki, sejak pinggang yang diramping-
rampingkan sampai kepada bibir yang diberi gincu. Golongan yang kedua tadi, negeri yang
mereka sukai ialah di mana yang masili belum dicampuri tangan manusia, bahagian-bahagian
yang aman dan tenteram.
Walau kita tilik kepada Hayati, lebih akan nyatalah "Hayati"nya bila dia tinggal di kampungnya
yang kaya dengan anugerah Allah yang abadi. Dan akan hilang perhatiannya dalam hidup jika
dia tinggal di kota yang hiruk pikuk sebagai Surabaya itu. Sebaliknya suaminya, masuk kota
Surabaya adalah laksana ikan dimasukkan ke dalam air, di sanalah baru bebas dia berenang.
Sejak berapa lama, perhubungan kedua suami isteri itu, hanya perhubungan akad nikah, bukan
perhubungan akad hati lagi. Hati yang perempuan terbang membubung ke langit hijau, mencan