Page 109 - Tenggelamnya Kapal
P. 109
kepuasan di dalam khayal, dan hati yang laki-laki, hinggap di wajah dan pangkuan perempuan-
perempuan cantik, yang Surabaya memang pasamya.
Demikianlah kehidupan kedua makhluk itu sekian lamanya, sampai kepada masa peremmuan
dengan Zainuddin itu.
Setelah terjadi perternuan itu, pulang juga sedikit kesenangan hati Hayati. Karena nrpanya
masih ada di dunia ini orang yang pernah mencintainya dahulu. Dahulu!
Cuma yang diselidikinya -- meskipun hanya sekedar mau tahu -- menurut sipat yang ada pada
tiap-tiap perempuan : Apakah [173] Zainuddin masih ingat kepadanya? Perkenalan mereka itu
membesarkan hatinya, dia hendak tahu pikiran Zainuddin, hanya sekedar tahu, lain tidak.
Karena akan mungkir kepada pertalian yang telah dibuhulkan oleh kalimat suci, dia tak mau. Dia
telah ditakdirkan Tuhan buat bersengsara. Dia akan melalui takdir itu sampai Tuhan sendiri pula
yang membukakannya, yaitu dengan kafan dan ......... pekuburan.
Dia hendak tahu, hanya semata-mata untuk menimbulkan pengharapan, bahwa dirinya masih
berhak hidup, mengecap udara yang nyaman dalam dunia ini.
Tetapi sudah payah, sudah lelah dia mencari, walau pun dalam sindir kata, atau dalam gendeng
mata, atau dalam lagak lagu Zainuddin, semuanya tak bertemu....Dalam laksana dalamnya
lautan.
Dua kali Zainuddin ziarah ke rumah Hayati, yang kebetulan Aziz tak di rumah. Dianggukkannya
kepalanya kepada Hayati, tetapi dia tidak mau masuk, hanya berjanji akan datang kelak bila
Aziz telah kembali.
Dahulu masih ada kepercayaan Hayati mengirim surat mengadukan halnya dan menumpahkan
perasaan hatinya kepada Khadijah, tetapi akhimya dia undurkan diri, karena dia telah tahu
bahwa Khadijah berpihak kepada saudaranya jua.