Page 15 - Tenggelamnya Kapal
P. 15

3. MENUJU NEGERI NENEK MOYANG



               SEMPIT rasanya alam saya, mak Base, jika saya masih tetap juga di Mengkasar ini. Ilmu apakah
               yang akan saya dapat di sini, negeri begini sempit, dunia terbang, akhirat pergi. Biarlah kita
               sempurnakan juga cita-cita ayah bundaku. Lepaslah saya berangkat ke Padang. Kabarnya
               konon, di sana hari ini telah ada sekolah-sekolah agama. Pelajaran akhirat telah diatur dengan
               sebagus-bagusnya. Apalagi, puncak Singgalang dan Merapi sangat keras seruannya kepadaku
               rasanya. Saya hendak melihat tanah asalku, tanah tempat ayahku dilahirkan dahulunya. Mak
               Base, banyak orang    memuji-muji negeri Padang, banyak orang berkata bahwa agama Islam
               masuk kemari pun dari sana. Lepaslah saya berangkat ke sana."
               Lama mak Base termenung mendengarkan perkataan anak angkatnya itu.

               "Lepaslah mak, jangan mamak bermenung juga."
               "Bagaimana mamak tidakkan bermenung, bagaimana hati mamak tidakkan berat. Dari kecil
               engkau kubesarkan, hidup dalam pangkuanku. Rasanya hidup mamak pun tak dapat diceraikan
               lagi dari hidupmu. Begitu jauh negeri yang akan engkau jelang, belum tentu dan belum pernah
               diturut. Ah anak .... ibumu saudaraku, ayahmu tuanku. Mamak orang miskin; anak, tetapi telah
               sangat merasa beruntung lantaran bercampur gaul dengan ayah-bundamu sekian lamanya.
               Sekarang jika engkau pergi, siapakah lagi yang akan kutimang-timang, yang akan mamak
               junjung tinggi? Dan tentu bila sampai ke sana, tanah Mengkasar hilang buat selama-lamanya.
               Itulah anak, itulah yang mamak rusuhkan. Kalau bukan hendak mencukupkan wasiat ibumu dan
               cita-cita [22] ayahmu, mamak larang engkau berangkat ke sana, mamak suruh bersekolah atau
               menuntut ilmu di Mengkasar saja."
               "Lebih baik kita tekankan perasaan hati, mak Base. Karena tidak akan terdapat selama-lamanya
               di dunia ini orang yang tiada bersedih hati akan berpisah-pisah, kalau mereka telah dipertalikan
               dengan budi bahasa. Sedangkan berangkat ke Mekkah lagi ditangisi orang juga. Tetapi akan
               dapatkah lantaran kesedihan dan tangis itu perjalanan diundurkan?"
               "Tentu tidak," jawab mak Base .....
               Maka putuslah mupakat mereka bahwa Zainuddin perlu berangkat ke Padang mencari keluarga
               ayahnya, melihat tanah nenek moyangnya, menambah ilmunya dunia dan akhirat. Dan kelak,
               dia pun akan kembali juga ke Mengkasar kalau keadaan mengizinkan.
               Segala yang perlu disiapkan oleh mak Base buat melepas anaknya: sebuah kasur, sebuah peti
               kayu dan tempat tidur di kapal. Waktu sore pukul lima kapal akan berlayar. Pukul 9 pagi ia pergi
               dahulu ke pusara ayahbundanya di Kampung Jera bersama mak Base sendiri, laksana meminta
               izin. Setelah itu mereka kembali pulang ke rumah. Sehabis makan lohor, mak Base
               mengeluarkan peti kecil simpanan wang itu dari dalam almari, seraya berkata kepada
               Zainuddin: "Terimalah wang ini semuanya, inilah hakmu, usaha dari ayahmu."

               "Ai, mengapa mak Base ini? Wang itu mesti mamak perniagakan sebagai biasa. Yang akan saya
               bawa hanyalah sekedar ongkos kapal ke Padang. Perniagakan wang itu, ambil untungnya tiap-
               tiap bulan buat belanja mamak dan belanja saya di Padang. Kirimi barang Rp. 20,- atau Rp. 15,-
               sebulan. Rumah dan pekarangan yang kecil ini jagalah baik-baik. Pandanglah sebagai hak milik
               kita berdua. Mana diantara kita yang dahulu menutup mata, itulah yang memberikan waris
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20