Page 198 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 198
Masalah utama bagi pribadi berkebutuhan khusus biasanya ditunjukkan dengan
perilakunya pada saat melakukan aktivitas bersama dengan anak-anak normal yang
lain. Misalnya, ketika mereka bergaul atau melakukan aktivitas bersama, mereka
akan menghadapi berbagai kesulitan, baik kegiatan fisik, psikologis, dan sosial.
Sering kali kita jumpai secara mental teman kita dengan kebutuhan khusus cenderung
merasa rendah diri, malu, apatis, dan sensitif, kadang-kadang juga muncul sikap egois
terhadap lingkungannya. Situasi inilah yang sering kali mempengaruhi kemampuan
pribadi berkebutuhan khusus dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan
orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan khusus jenis apapun, hal ini merupakan pengalaman pribadi. Keadaan
ini berarti siapapun yang berada diluar dirinya sulit untuk mengerti, merasakan,
dan memahami karena tidak mengalaminya. Pribadi yang satu belum tentu sama
dengan pribadi yang lain berkaitan dengan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.
Perbedaan kebutuhan khusus yang dialami seseorang, hal itu sering mempengaruhi
atau mengganggu eksistensinya sebagai makhluk sosial. Demikian pula dampak
psikologis yang ditimbulkan sering kali tergantung pada seberapa berat kebutuhan
khusus yang dialamiya. Kapan mulai terjadi kelainan, seberapa besar kualitas
kebutuhan khusus dan seberapa besar dampak psikologis teman kita atau siswa
tersebut, dapat mempengaruhi kondisi kehidupannya secara utuh (holistik).
Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan terhadap anak dan remaja yang terisolasi
dari lingkungan sosialnya (Longchar & Cowans, 2007: 35) menunjukkan mereka sering
menjadi mudah marah, kaku, sensitif, dan kadang-kadang tidak dapat memaafkan orang
lain. Hal ini perlu kita sadari bahwa dalam kondisi tertentu kita mempunyai kesulitan
dalam hal berelasi dan bergabung dalam pergaulan dengan mereka.
Dalam situasi seperti itu untuk mendapatkan hak pendidikan dan pengajaran,
diharapkan kita memberikan dorongan agar teman kita yang berkebutuhan khusus
tidak ragu-ragu mengungkapkan kebutuhannya dan kesulitannya kepada orang lain,
misalnya kepada teman, guru agama, guru yang lain, ataupun konselor di sekolahnya.
Dalam situasi bagaimanapun seharusnya sekolah merupakan anugerah bagi semua
orang termasuk pribadi berkebutuhan khusus. Anak dan remaja yang mengalami
kebutuhan khusus, harus diperlakukan sama dalam konteks pendidikan seperti anak
dan remaja yang normal. Sesungguhnya anak-anak berkebutuhan khusus tidak selalu
dan selamanya memiliki keterbelakangan mental. Bahkan dalam realita pribadi
dengan kebutuhan khusus sering mempunyai kemampuan konsentrasi maupun daya
pikir yang lebih tinggi dibanding anak normal, juga sering kali kelainan yang dialami
tidak mempengaruhi baik perkembangan jiwa, fisik, dan kepribadiannya. Demikian
juga, ada banyak remaja dengan kebutuhan khusus yang hanya mengalami sedikit
hambatan, oleh karena itu mereka dapat mengikuti pendidikan seperti anak normal
lainnya.
Kelas IX SMP
190