Page 58 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 58

Parsons dengan mudah dapat membayangkan organisasi sebagai tubuh manusia yang
              bagian-bagiannya bekerja untuk menjaga keseimbangan. Bila penyakit menyerang,
              seluruh unsur dalam tubuh akan bekerja bersama-sama untuk melawannya dan
              mengembalikan keseimbangan pada tubuh.
                 Sungguh menarik bila kita membandingkan teori Parsons dalam Sosiologi ini
              yang ternyata sangat mirip dengan pemikiran Paulus pada masa gereja perdana.
              Mungkin tidak begitu mengherankan apabila kita mengetahui bahwa ayah Talcott
              Parsons sendiri adalah seorang pendeta gereja Kongregasional di Amerika Serikat,
              dan kemudian menjadi dosen bahasa Inggris.
                 Perpecahan-perpecahan berikutnya terjadi antara Gereja Timur (Gereja Katolik
              Timur atau Gereja Ortodoks) dengan Gereja Barat (Gereja Katolik Roma) pada
              tahun 1054. Perpecahan itu terjadi ketika gereja-gereja di  Timur merasa bahwa
              Gereja Barat telah menambahkan kata  fi lioque dalam pengakuan Iman Nicea-
              Konstantinopel sehingga kata-kata ”Kami percaya kepada Roh Kudus yang keluar
              dari Sang Bapa dan Sang Anak”. Kata-kata ”dan Sang Anak” dirasakan oleh Gereja
              Timur sebagai pelecehan terhadap Roh Kudus dan menjadikan-Nya lebih rendah dan
              tidak lagi sejajar dengan Sang Anak. Hal inilah yang menyebabkan Gereja Timur
              yang belakangan dinamai sebagai Gereja Ortodoks kemudian memisahkan diri dari
              Gereja Barat yang menjadi Gereja Katolik Roma.
                 Perpecahan lebih lanjut terjadi pada tahun 1517 ketika Martin Luther memakukan
              95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg yang isinya mengkritik praktik-praktik yang
              dilakukan oleh Gereja Katolik saat itu, seperti penjualan surat-surat pengampunan
              dosa, pengumpulan relikui-relikui orang-orang kudus untuk meningkatkan kesempat-
              an lepas dari api penyucian, dan lain-lain.
                 Perpecahan-perpecahan lainnya terus terjadi terutama ketika mengalami
              perbedaan pemahaman tentang ajaran ataupun praktik ibadah dan organisasi gereja.
              Dari sini kita dapat melihat bahwa perpecahan-perpecahan gereja tidak selamanya
              bersifat teologis. Ada kalanya perpecahan itu terjadi karena hubungan-hubungan yang
              buruk di antara para pemimpinnya yang kemudian begitu saja keluar dan mendirikan
              gereja baru.


              Kegiatan 3
                 Dalam kegiatan ini, guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terhadap
              kehidupan gereja mereka masing-masing atau juga gereja-gereja yang lain. Seberapa
              jauh pengalaman perpecahan di gereja Korintus juga terdapat di kalangan gereja-
              gereja itu? Daftar sumber perpecahan di Korintus sebetulnya masih banyak lagi. Kita
              dapat mencoba merincinya dari Surat 1 Korintus saja sebagai berikut.
              a.  Perpecahan dalam jemaat (1: 10–4: 21).
              b.  Praktik-praktik asusila (5: 1–13).



                   Kelas IX SMP
              50
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63