Page 64 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 64

Gereja Kongregasionalis adalah gereja-gereja yang mengakui kemandirian
              setiap jemaat di dalam mengatur dirinya sendiri, termasuk di dalam menentukan
              pemahaman teologisnya. Berbeda dengan gereja-gereja Reformasi Eropa Daratan
              atau Gereja Presbiterian yang menekankan pentingnya sinode atau kebersamaan di
              dalam organisasi dan teologi, Gereja Kongregasionalis memberikan kebebasan penuh
              kepada masing-masing jemaat untuk mengambil keputusannya. Karena itu, gereja-
              gereja Kongregasionalis sangat menekankan pentingnya rapat jemaat sebagai wadah
              pengambilan keputusan yang utama dalam kehidupan jemaat mereka. Di Indonesia
              gereja-gereja Kongregasionalis tidak ada. Dalam batas-batas tertentu, Gereja Kristen
              Jawa agak mirip dengan gereja Kongregasionalis, karena penekanannya pada
              kemandirian masing-masing jemaat dalam pengambilan kebijakannya sendiri.
                 Gereja Metodis muncul di lingkungan Gereja  Anglikan ketika John  Wesley,
              seorang pendeta Anglikan, mengemukakan tentang pentingnya pembaruan rohani
              dalam kehidupan setiap orang Kristen. Pembaruan inilah yang disebutnya sebagai
              ”pengudusan” kehidupan orang Kristen. Pengudusan dapat dicapai bila orang Kristen
              rajin membaca Alkitab, berdoa, dan menunjukkan kasihnya kepada sesama. Wesley
              menyebut hal ini sebagai hati yang ”secara teratur diisi dengan kasih kepada Allah
              dan sesama, dan ”memiliki pikiran Kristus dan berjalan seperti Dia”.
                 Dari gereja Metodis muncul  gerakan-gerakan Kesucian yang berusaha
              menekankan lebih jauh apa yang telah diajarkan oleh  Wesley dalam doktrinnya
              mengenai pengudusan. Gerakan Kesucian antara lain melahirkan Gereja Nazaren.
                 Dari Gereja Metodis pula lahir Gereja Adventis yang dimulai dengan perhitungan-
              perhitungan yang dilakukan oleh William Miller tentang kapan Yesus Kristus akan
              datang kembali. Berdasarkan perhitungan-perhitungannya, Miller mengumumkan
              bahwa  Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya pada 22 Oktober 1844.
              Ketika perhitungan-perhitungan Miller ternyata meleset, muncullah apa yang disebut
              ”Kekecewaan Besar”. Sebagian pengikut Miller meninggalkannya, namun Miller
              tidak pernah meninggalkan perhitungan-perhitungannya itu hingga hari wafatnya
              pada tahun 1849. Pengharapannya kemudian dilanjutkan oleh sebagian pengikutnya
              yang kemudian mendirikan Gereja Adventis. Di Indonesia gereja ini hadir dalam
              Gereja Masehi Advent hari Ketujuh (GMAHK).
                 Pentakostalisme muncul sebagai kelanjutan dari Gerakan Kesucian ketika
              sebagian orang merasa bahwa Roh Kudus kurang mendapatkan tempat di dalam
              kehidupan orang Kristen. Gereja ini muncul pada awal abad XX di Amerika Serikat,
              di antara para pengikut Gerakan Kesucian yang didorong oleh kebaktian-kebaktian
              kebangunan rohani dan pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
              Mereka sangat menekankan karunia-karunia roh sebagai bukti kehadiran Roh Kudus,
              misalnya karunia penyembuhan, bernubuat, berbahasa roh, dan lain-lain. Di Indonesia





                   Kelas IX SMP
              56
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69