Page 164 - kebudayaan
P. 164
Wahai kariha kafirun…
Berjuta kawan sepaham bersiap masuk
Ke dalam “Daftarmu”…
Saudaramu
Tempat, 23 Mei 1959
Sumber: Mubarok (tanpa tahun)
C. Simpulan
Dalam kondisi sosial Indonesia yang memburuk pada periode
1950-an, tidak semua pengarang melulu bercerita tentang kegagalan,
keterpurukan, atau penderitaan rakyat. Semangat juang, kebangkitan,
dan kebangsaan pun menjadi bahan imaji (ide) beberapa penyair,
salah satunya Hamka. Puisi yang ditulis Hamka “Kepada Saudaraku
M. Natsir” berisi kekaguman dan harapan untuk M. Natsir.
Kekaguman Hamka yang utama adalah pada tulisan-tulisan M.
Natsir yang banyak menyeru untuk hidup dan mati dalam perjuangan
Islam. Sementara itu, harapan Hamka kepada M. Natsir tak lain agar
M. Natsir terus berjuang membela kebenaran. Melalui diksi-diksi
puisi Hamka, Natsir bersama yang lainnya dituntut untuk menggagas
segala sesuatu yang berhubungan dengan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia; menyatukan daerah-daerah dalam satu kesatuan
Bhinneka Tunggal Ika, bangkit dari keterpurukan, dan mengangkat
derajat Indonesia pada posisi yang lebih tinggi.
Dalam nada puisinya, terlihat Hamka sebagai penyair berharap
kepada Natsir agar mengembangkan segenap potensi untuk menjadi
manusia yang mampu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di Buku ini tidak diperjualbelikan.
tanah air dan dicintai oleh berjuta rakyat Indonesia. Hamka menaruh
harapan karena ia tahu benar sahabatnya itu siap dan berani meng-
gagas pembaruan.
Puisi Hamka yang berjudul “Kepada Saudaraku M. Natsir” me-
ngungkapkan rasa cinta Hamka pada bangsa dan tanah air Indonesia.
“Kepada Saudaraku M. Natsir“ ... 151