Page 174 - kebudayaan
P. 174
Bila Amir Hamzah adalah pelopor Pujangga Baru, Chairil Anwar
adalah pelopor Angkatan 45. Bila Amir Hamzah dalam kiprahnya
kental dengan gelora Sumpah Pemuda 1928, Chairil Anwar bergumul
dalam masa sebelum dan sesudah kemerdekaan.
Amir Hamzah memang bukan sekadar “bujang Melayu” serta
“Anak Langkat Musyafir Lata.” Namun, harus diakui bahwa dalam
diri Amir Hamzah serta penulis-penulis angkatan ’30-an lainnya
telah tumbuh kesetiaan baru. Kesetiaan baru yang disebut dengan
nasionalisme ini bukan penjelmaan alam pikiran abad yang silam di
Indonesia (Mohamad, 1981).
Chairil Anwar, penyair yang dapat dibilang mati muda (27 tahun),
kerap dijuluki binatang jalang. Ia adalah binatang jalang dari kumpulan
yang terbuang, selalu saja luka, dan luka itu mampu dibawanya berlari
(pemiuhan atas beberapa larik puisi Chairil Anwar berjudul Aku).
Bahasa Indonesia dalam puisi-puisi Chairil Anwar selalu mengakar
dan menguat. Ia seolah memiliki pemodelan gaya bahasa tersendiri.
Tidak dapat sangkal bawa Chairil sudah membawa bahasa Indo-
nesia pada kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. Sebagai
contoh, ia berani memberi arti sendiri terhadap kata-kata, membuat
kombinasi kata-kata yang menentang semua konvensi, membuat
susunan kalimat yang melompat-lompat dengan ketiba-tibaan lekuk
serta kelok yang tidak terduga. Kalimat-kalimat Chairil memakai
logika yang bersifat antilogika, tetapi menimbulkan ketajaman serta
kedalaman arti. Tidak hanya itu, revolusi pun digamit oleh Chairil
Anwar. Chairil Anwar melakukan perubahan dalam gelora bukan
untuk menghancurkan, melainkan pembaruan. Jadi, dapat dikatakan Buku ini tidak diperjualbelikan.
bahwa Chairil Anwar bukanlah Pujangga Baru. Ia membawa perubah-
an radikal, bahkan frontal, dalam kesusastraan Indonesia, dengan
merombak konsepsi kesenian Pujangga Baru.
Amir Hamzah dan ... 161