Page 176 - kebudayaan
P. 176
Amir Hamzah, sebelum berakhir dalam revolusi sosial, konsisten
dalam menjaga pemikiran Kongres Pemuda II, yakni memopulerkan
bahasa Indonesia melalui karya sastra dan pergaulan sehari-hari (Hi-
dayat, Atmakusumah, & Kurniawan, 2018). Amir Hamzah melakukan-
nya saat ia berpidato. Pidato-pidato tersebut secara langsung atau tidak
langsung membuat Amir Hamzah mempertahankan penggunaan
bahasa Melayu. Sebagai contoh, pidato Amir dalam Kongres Pemuda
II di Solo pada 28 Desember 1930 hingga 21 Januari 1931.
Meskipun Belanda berusaha mengubur bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan, Amir Hamzah konsisten menggunakan bahasa
Melayu dengan menulis puisi, prosa, atau sajak. Sajak-sajak tersebut
kemudian ia musikalisasikan. Amir Hamzah tahu betul bagaimana
cara mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan tetap setia kepada
republik.
Sementara itu, Chairil Anwar, menurut W. S. Rendra, tidak pernah
dihargai oleh para kritikus semasa hidupnya. Namun, Chairil Anwar,
dianggap berkemampuan khusus, yakni konsisten menggunakan
bahasa yang dekat dengan bahasa percakapan sehari-hari. Konsistensi
Chairil Anwar dimulai sejak zaman Indonesia belum merdeka, per-
sisnya zaman penjajahan Jepang yang penuh tekanan. Chairil mampu
Buku ini tidak diperjualbelikan.
mengatasi semua itu dan dapat menciptakan lingkungan kreativitasnya
sendiri.
Chairil Anwar membuka ruang bagi lingkungannya sehingga
membuat situasi seni di Indonesia turut berubah. Para seniman pada
zaman itu menjadi lebih terbuka. Orang boleh bersimpati atau tidak
kepada Chairil Anwar, tetapi proses alam membuktikan bahwa Chairil
adalah dinamisator kehidupan kebudayaan bangsa.
Amir Hamzah dan ... 163