Page 185 - kebudayaan
P. 185
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu—bukan giliranku
Mati hari—bukan kawanku
Puisi Amir Hamzah Padamu Jua memiliki letupan semangat yang
terkesan mirip dengan Chairil Anwar, yakni perjuangan. Namun, bila
Chairil Anwar berada dalam masa penjajahan Jepang pada 1942, Amir
Hamzah jauh sebelum itu. Amir Hamzah berada dalam situasi kolonial
Belanda dan beberapa tahun sebelumnya berada dalam situasi Sumpah
Pemuda 1928.
Amir Hamzah seperti tahu betul bahwa metafora yang dimaksi-
malkan akan membuat jalinan struktur yang rapi dan sarat bunyi di
setiap kata. Hal ini terlihat dalam kecenderungan pola a-b-a-b pada
setiap lariknya sebagaimana karya angkatan Pujangga Baru yang sarat
dengan pantun maupun gurindam.
Bila Amir Hamzah cenderung bermain dalam ranah puisi ber-
pola a-b-a-b, pemodelan puisi yang sarat keindahan bunyi dengan
kompromi pada tipografi, dan larik-larik bermodelkan sampiran dan
isi, Chairil Anwar justru berani mendobrak tatanan tersebut. Chairil
Anwar dengan segala ekspresi karakter yang meledak justru tidak
terlalu mengompromikan setiap pilihan kata. Ungkapan keseharian
yang berkelindan dalam puisi-puisinya justru memperkaya bahasa Buku ini tidak diperjualbelikan.
Indonesia.
C. Simpulan
Amir Hamzah dan Chairil Anwar adalah dua tokoh kesusastraan
nasional yang rasa nasionalismenya diwujudkan dalam bentuk mo-
172 Narasi Kebangsaan dalam ...