Page 31 - kebudayaan
P. 31

Mengingat Rakyan Darmasiksa pernah berkedudukan di Saunggalah
            yang lokasinya termasuk daerah Galunggung, Saleh  Danasasmita
            (yang mengalihaksarakan teks ini) memberi judul naskah ini Amanat
            Galunggung.

                Salah satu nasihat atau amanat yang disampaikan  Rakyan
              Darmasiksa adalah menjaga kerukunan, keharmonisan, dan keda-
            maian di antara sesama anggota masyarakat. Berikut petikan nasihat
            Rakyan Darmasiksa:

                … Jangan bentrok (karena) berselisih maksud, jangan saling berkeras;
                hendaknya rukun (dalam) tingkah laku (dan) tujuan. Ikuti, jangan
                (hanya) berkeras pada keinginan diri sendiri (saja). Camkanlah ujar
                patikrama, bila ingin menang perang, selalu unggul berperang, tidak
                (akan) kalah oleh (musuh) yang banyak; musuh dari darat dari laut, dari
                barat dari timur di sekitar negeri; musuh halus, musuh kasar.

                Janganlah dengan sengaja kita memperebutkan; yang lurus, yang
                benar, yang jujur, yang lurus hati. Jangan berjodoh dengan saudara,
                jangan membunuh yang tak berdosa, jangan merampas (milik) yang
                tak bersalah, jangan menyakiti yang tak bersalah; jangan saling curiga/
                sesali antara wanita/istri dengan wanita/istri, jangan saling curiga antara
                hamba dengan hamba…. (Danasasmita dkk., 1987).

                Manuskrip ini menarik perhatian  Holle,  Brandes,  Pleyte,
            dan Poerbatjaraka. Pleyte menyebut naskah ini sebagai “Pseudo-
            Padjadjaransche Kroniek.” Kemudian, para sarjana Indonesia
            mengatakan bahwa data sejarah yang terkandung dalam bagian
            awal manuskrip sesungguhnya hanya merupakan pengantar ke arah       Buku ini tidak diperjualbelikan.
            fungsi teks sesungguhnya, yakni sebagai pelajaran keagamaan yang
            disampaikan Rakryan atau Rakyan Darmasiksa. Pada 1981, teks ini
            diterbitkan sebagai stensilan oleh Atja dan Danasasmita. Pada 1987,
            Danasasmita dkk. memublikasikannya dalam bentuk buku. Teksnya
            berisi tentang usaha Darmasiksa dan orang-orang yang membuka




           18    Narasi Kebangsaan dalam ...
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36