Page 99 - kebudayaan
P. 99
koh atau watak karakter sangat berbeda (Minderop, 2013). Watak atau
karakter seorang tokoh dapat digambarkan melalui deskripsi tingkah
lakunya. Seorang tokoh yang diberi watak ‘pemarah’ akan digambar-
kan dengan tingkah laku atau gerak tubuh yang kasar. Watak atau
karakter seorang tokoh juga dapat digambarkan melalui pembicaraan
yang dilakukan oleh tokoh lain. Dua contoh penggambaran watak atau
karakter tokoh ini disebut sebagai penggambaran watak dan karakter
tokoh secara tidak langsung. Penggambaran watak atau karakter tokoh
juga dapat dilakukan dengan cara langsung, yaitu pengarang dalam
narasinya mendeskripsikan watak atau karakter tokoh, misalnya
disampaikan bahwa tokoh A adalah seorang laki-laki pemarah.
Salah satu tulisan yang relevan dengan bab ini adalah tulisan
Sulton (2015) dengan judul “Sastra Bacaan Liar Harapan Menuju
Kemerdekaan” dalam jurnal Bahasa dan Sastra. Pada tulisan ini
disebutkan bahwa salah satu bagian dari bacaan liar tersebut adalah
karya-karya yang ditulis oleh orang-orang Tionghoa. Di bagian sim-
pulan disebutkan bahwa salah satu hal yang membuat pemerintah
Hindia Belanda menggolongkan karya-karya tersebut sebagai bacaan
liar adalah adanya agitasi bahwa karya-karya tersebut berhubungan
dengan pemberontakan PKI tahun 1926. Hal tersebut tampaknya
termaktub dalam karya roman Drama di Boven Digul.
Karya Kwee Tek Hoay ini membicarakan pemberontakan PKI
tahun 1926. Beberapa tokoh dalam roman ini adalah orang-orang yang
digolongkan sebagai pemberontak tersebut. Oleh sebab itu, roman ini
dikelompokkan ke dalam bacaan liar pada masa itu.
Sulton (2015) juga menyampaikan bahwa keberadaan karya Buku ini tidak diperjualbelikan.
sastra, khususnya novel, pada saat itu dianggap berbahaya karena
dapat mengancam keberadaan pemerintah dan para pemodal. Namun,
karya sastra, terutama roman Tionghoa Peranakan, muncul akibat
diberlakukannya politik etis.
86 Narasi Kebangsaan dalam ...