Page 104 - kebudayaan
P. 104
Lebih lanjut, Siswantari juga menyatakan:
Pada masa itu stad Batavia dibagi dalam beberapa jenis wijkmeester ber-
dasarkan 4 kelompok besar bangsa yang tinggal, yaitu wijkmeester Eropa,
Cina, Arab, dan Selam (pribumi). Pembagian wijkmeester ini mengikuti
pembagian pemukiman yang telah ditetapkan oleh pemerintah Belanda
yang dengan tegas mengadakan pemisahan tempat tinggal yang ketat
dari tiap-tiap bangsa (Siswantari, 2000).
Zonder Lentera mengisahkan seorang wijkmeester Tionghoa
yang semena-mena. Tan Co Lat, wijkmeester itu, digambarkan suka
mengambil muka atasannya dengan memberikan berbagai hadiah
untuk menutupi kecurangannya. Namun, kemudian wijkmeester ini
diberhentikan karena hal yang sepele, yakni ada dua orang pemuda
yang bersepeda tanpa lentera saat malam hari.
Drama di Boven Digul dan Zonder Lentera memunculkan latar
masyarakat yang berbeda. Drama di Boven Digul berlatar masyarakat
Indonesia, sedangkan Zonder Lentera berlatar masyarakat Tionghoa.
Tokoh-tokoh dalam Drama di Boven Digul dapat dikatakan lebih dari
setengahnya adalah tokoh muda, yaitu Noerani, Raden Moestari,
Radeko, Soebaidah, dan Dolores. Tokoh yang berdasarkan narasi
pengarangnya berusia tua adalah Boekarim, Tjoe Tat Mo, dan Raden
Soebrata. Tokoh utamanya, yakni Noerani dan Moestari, juga tokoh
muda. Dalam karya novel ini, tokoh Indonesia juga lebih ba nyak
dibandingkan tokoh Tionghoa. Hal ini berbeda dengan Zonder Len-
tera. Karya roman ini didominasi oleh tokoh Tionghoa dan golongan
tua. Tokoh utamanya, Tan Co Lat, adalah orang Tionghoa lanjut usia. Buku ini tidak diperjualbelikan.
Karya ini membicarakan kehidupan masyarakat Tionghoa di suatu
tempat di Indonesia (dulu Hindia Belanda). Apabila dalam Drama di
Boven Digul yang dikisahkan adalah kondisi masyarakat Indonesia
dengan tokoh utama orang Indonesia—Noerani dan Moestari, di
dalam Zonder Lentera yang dikisahkan adalah masyarakat Tionghoa
Posisi Peranakan Tionghoa ... 91