Page 109 - kebudayaan
P. 109
bikin satu nabi atawa saorang suci kaliatan mulia, yang cumah bisa
kajadian dari kakuatan rohani yang luar biasa. Moestari dan Soebaidah
dua-dua merasa kaget, hingga tida bisa bicara, seperti orang kesima.
Pada itu paras yang cantik dan lemah lembut sekarang kaliatan cahaya
yang keliatan angker dan suci, yang memaksa pada sesuatu orang yang
memandang buat menaro indah (Hoay, 2001).
Noerani tampaknya menjadi sumber atau corong yang mewakili
harapan pengarangnya tentang Indonesia. Tokoh ini dapat dikatakan
sebagai embrio nasionalisme atau bibit-bibit semangat nasionalisme
yang kemudian menjadi Indonesia. Dikisahkan juga bahwa Noerani
melahirkan seorang anak yang bernama Doresia. Mungkin juga dapat
dikatakan bahwa Noerani ini diibaratkan sebagai ibu pertiwi atau
menjadi simbol ibu pertiwi.
Dalem lagi lima ratus taun di ini bagian Nieuw Guinea bakal berdiri
satu kerajaan besar yang memegang perentah atas semua pulo-pulo yang
terletak di sabelah timur dari pulo Lombok dan Borneo, dan berkuasa
juga atas benua Australie dan laen-laen pulo di saputernya. Daerahnya
ini negri bakal lebih besar, dan rahayatnya lebih banyak daripada yang
dipunyaken oleh Japan atawa Nederland sekarang ini yang berkuasa di
itu negri ada satu bangsa baru yang terdiri dari satu campuran antara
Indonesier, Papua, Indo-European dan Paranakan Tionghoa dan Arab.
Ini pengleburan dari beberapa bangsa buat menciptakan pula satu
bangsa baru yang lebih pandai dan cakep aken pegang itu kakuasaan
besar, sekarang sudah dimulai di Java dan bakal berjalan terus dalem
beberapa ratus taon yang aken datang (Hoay, 2001).
Warna kebangsaan yang diinginkan oleh pengarangnya terlihat Buku ini tidak diperjualbelikan.
dalam wacana tersebut, yakni sebentuk bangsa yang baru yang terdiri
atas berbagai bangsa yang hidup rukun dan saling menghormati. Apa
yang disampaikan dalam wacana tersebut ide dasarnya dari dua tokoh
Tionghoa yang dalam novel, yaitu Dolores dan Tat Mo.
96 Narasi Kebangsaan dalam ...