Page 112 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 112
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Pada masa itu, kapal-kapal Belanda berlabuh di dalam
Telaga Jikumerasa. Di sekitar telaga, Belanda juga membangun
tenda sebagai tempat berteduh dan menyiksa warga yang
dianggap melawan mereka.
Raja Lilialy sebagai seorang raja di wilayah itu, tidak bisa
berbuat apa-apa untuk melindungi dan membantu warganya
dari kekejaman Belanda. Lantas, ia memerintahkan saniri
untuk memberi tahu raja-raja lainnya yang berada di desa
adat masing-masing.
Setelah 14 hari lamanya, berdatanganlah semua raja
untuk memenuhi undangan Raja Lilialy. Raja-raja hadir
dengan membawa serta kapitan masing-masing. Para kapitan-
kapitan itu terkenal sangat sakti.
Raja-raja yang datang itu tidak berkumpul di Telaga
Jikumerasa. Sebabnya, di telaga telah berlabuh banyak kapal
tentara penjajah Belanda. Raja Lilialy memutuskan semua
raja berkumpul di sebuah yang tidak jauh dari telaga. Gua itu
dikelilingi pepohonan sehingga gua tidak terlihat dari arah
telaga. Dari gua itu, Raja Lilialy bersama raja-raja lainnya dapat
memantau keberadaan tentara penjajah Belanda. Pasukan
Belanda tidak tahu kalau mereka yang berada di dalam telaga,
sedang dipantau oleh raja-raja dari Pulau Buru.
Di Telaga Jikumerasa, tentara penjajah Belanda
membangun tempat tinggal. Mereka sering mengadakan
pesta. Mereka menculik wanita-wanita yang ada di kampung
untuk dijadikan istri simpanan. Begitulah perbuatan setiap
hari tentara penjajah Belanda di sekitar telaga.
Para raja yang berkumpul di gua dekat telaga telah
seminggu lamanya. Mereka sudah menemukan strategi untuk
menyerang dan mengusir penjajah Belanda dari Pulau Buru.
Para raja telah bersatu padu untuk melawan. Mereka sudah
tidak tahan melihat tindakan-tindakan kejam tentara Belanda.
101 101