Page 116 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 116
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
sayuran, juga kayu bakar. Lelaki muda itu dikenal sebagai
anak yang rajin dan sangat sayang kepada kedua orang tuanya.
Sesampainya di hutan, lelaki muda itu langsung
membantu kedua orang tuanya. Ia mencari bahan makanan
yang akan dibawa pulang. Pada sekitar pukul dua belas siang,
lelaki muda bersama kedua orang tuanya beristirahat di
sebuah pondok. Pondok itu, bagian atasnya tertutup atap yang
terbuat dari rumput alang-alang, sedangkan bagian bawahnya
dibiarkan terbuka agar udara bebas masuk dan keluar.
Saat mereka sedang beristirahat, tiba-tiba terdengar
kicau burung yang lumayan nyaring. Suara burung itu menarik
perhatian si lelaki muda. Ia menoleh ke ibunya.
“Bu, suara burung apakah itu?” tanya lelaki muda
kepada ibunya.
“Itu suara anak burung yang baru menetas,” jawab ibunya.
“Boleh saya ambil anak burung itu?” tanya lelaki muda
itu lagi.
“Jangan!” larang ibunya. “Biarkan ia hidup di alamnya
bersama ayahnya, ibunya, dan teman-temannya, sama
sepertimu.”
Lelaki muda itu terdiam. Ia tidak bertanya lagi kepada
ibunya.
“Bu, saya akan pergi mengambil kayu bakar di tepi
jurang,” kata sang ayah kepada istrinya.
“Hati-hatilah. Saya akan mengambil beberapa kebutu-
han lagi yang belum sempat saya ambil,” sahut istrinya.
Mendengar kedua orang tuanya akan pergi mencari
beberapa kebutuhan yang belum sempat dikumpulkan, lelaki
muda itu tersenyum.
“Ini kesempatanku untuk mengambil anak burung itu.
Akan kubawa pulang dan kubuatkan sangkar yang indah.
105 105