Page 119 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 119
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Beberapa hari kemudian, sakit lelaki muda itu
tidak sembuh. Malah, sakitnya semakin parah. Akhirnya,
ibunya membawanya ke seorang dukun yang terkenal akan
kesaktiannya. Sesampainya di rumah dukun tersebut sang
dukun berkata
“Ini perbuatan burung Pasang. Racun burung itu ditem-
bakkan kepada anak ini. Racunnya mengenai bagian pinggang
hingga bahu.”
Setelah mendengarkan penjelasan dukun, ibu lelaki
muda itu bertanya kepada dukun. “Bagaimanakah bentuk dan
warna bulu burung Pasang itu?”
“Burung Pasang itu ukuran tubuhnya kecil. Terdapat
tiga warna pada bulunya yakni hitam, kuning, dan biru,” jawab
dukun.
Setelah mendengarkan penjelasan dukun, wanita itu
pun terbelalak matanya. Ia teringat beberapa minggu yang
lalu saat anaknya membawa pulang dua ekor anak burung.
Saat di rumah, kedua anak burung itu mati di dalam sangkar.
Ternyata burung itu adalah burung Pasang.
Sang dukun mulai mengobati lelaki muda itu. Beberapa
mantra dibaca. Segelas air putih diberi doa-doa khusus. Air itu
akan menjadi obat untuk menyembuhkan benjolan-benjolan
di tubuh anak itu.
Usai diobati dan menerima air yang telah diberi mantra,
ibu dan lelaki muda itu bersiap kembali ke rumah. Mereka
berpamitan kepada dukun. Si dukun memberi pesan kepada
keduanya.
“Jika kamu berada di hutan atau di mana saja, dan
mendengarkan suara burung Criiit,,,, Criiit,,,, Criiit,,,,, maka
katakanlah “salah!” Dengan begitu, semoga tembakan racun
burung Pasang tidak mengenaimu,” pesan sang dukun. Ia tidak
108 108