Page 159 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 159
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Dengar dulu kawan!” kata La Usman dengan nada
sedikit kesal. Ia heran melihat sikap ketiga temannya yang
seolah mengolok-oloknya.
“Begini ceritanya. Tadi malam saat hujan dan angin
badai di dalam kampung ini, saya baru saja tertidur. Tak lama,
muncul seorang laki-laki berbaju putih. Lelaki itu bertubuh
tinggi kekar. Matanya bulat, berhidung mancung, keningnya
tebal, dan wajahnya gagah. Dia memakai ikat kepala putih
seperti seorang habib dari tanah Arab. Lelaki itu mengendarai
kuda putih.”
Mendengar cerita itu, ketiga teman La Usman mulai
serius. Mereka malah mendengar kisah itu dengan wajah
serius.
“Kuda yang ditunggangi lelaki berikat kepala putih
itu berlari-lari naik-turun bukit. Ia memasuki kampung ini
dengan menaiki kuda putih. Di tangannya, ia memegang
sebilah pedang panjang. Ia menebas hewan-hewan aneh yang
ditemuinya. Kudanya yang tinggi besar menendang hewan
buas yang mencoba menghadang mereka. Tiada satu pun
hewan aneh dan buas yang lolos dari serangan lelaki berikat
kepala putih itu.”
La Usman bercerita dengan sangat serius. Kali ini
wajahnya terlihat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia
menceritakan mimpinya dengan sungguh-sungguh. Tidak
ada satu bagian pun yang terlewatinya.
“Lelaki itu turun dari kuda putihnya. Ia memberi salam
kepada warga kampung ini. Saya disuruh memegang tali
kudanya. Kuda itu saya ikatkan di pohon Binatangor. Usai itu,
saya terbangun.”
La Usman memandang wajah ketiga temannya. Teman-
temannya yang tadi mendengar mimpi La Usman itu menarik
148 148