Page 156 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 156
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Lasimpo mendengar teriakan Wasima. Akan tetapi, ia tidak
tahu raksasa perempuan itu berada di mana.
“Wahai Wasima istriku, di mana kau?” teriak Lasimpo.
“Saya di sini,” sahut Wasima sambil mengerang
kesakitan.
Lasimpo tahu dari mana asal suara istrinya. Tanpa
berpikir panjang, raksasa Lasimpo berlari ke arah suar
istrinya. Tiba-tiba, kaki raksasa itu tergelincir. Tubuhnya
menggelinding dan masuk ke dalam lubang jebakan yang
telah berada istrinya.
Dari dalam lubang, terdengar erangan kesakitan kedua
raksasa itu. Tubuh keduanya terluka oleh bambu-bambu tajam
yang ditancap warga di dalam lubang. Darah mengucur dari
tubuh pasangan raksasa itu.
Beberapa hari kemudian warga pergi melihat lubang
jebakan mereka. Di lubang itu, terlihat kedua raksasa itu telah
tewas tertusuk bambu-bambu tajam. Warga lega. Sejak saat
itu, warga Desa Manipa kembali menjalani kehidupan yang
aman dan damai.
Kini mereka hidup tenang. Tidak ada lagi raksasa yang
mengganggu dan mengancam jiwa. Mereka pergi ke hutan
tanpa ada rasa takut.
Suatu waktu, warga kembali mendatangi lubang jebakan.
Mereka terkejut dan heran melihat banyak sekali tumpukan
tulang-belulang hewan dan manusia yang berserakan di dalam
lubang itu. Tulang-tulang itu berasal dari hewan dan manusia
yang dimakan kedua raksasa itu.
Demikianlah kisah Gunung Patah Tulang.
145 145