Page 196 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 196
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Sayembara apa bapak?” seorang pemuda bertanya.
“Sayembara adu tanding di Ambon. Satu orang akan
mewakili kampung tua Masarete. Satu orang lagi akan
mewakili kampung baru Kayeli. Apa kalian paham?” Bapak
KPS menjelaskan.
Suasana menjadi hening. Warga yang hadir terdiam
tanpa mengucapkan sepatah kata. Tiba-tiba maju seseorang
berbaju compang-camping tanpa alas kaki. Ia bertanya kepada
Bapak KPS.
“Dengan apa berangkat ke Ambon? Kapan mau
berangkat mengingat saat ini bertiup kencang angin Timur
Tenggara?”
Mendengar pertanyaan pemuda Karabu, opsir Belanda
itu berbisik kepada Bapak KPS.
“Berangkat besok pakai arumbai Kora-kora,” sahut
Bapak KPS.
Sambil memutar kumisnya, Bapak KPS berpikir sejenak.
Bagaimana caranya utusan kita harus sampai di Ambon dalam
waktu lima hari ini, terhitung mulai hari ini lanjut Bapak KPS.
Hadirin terdiam sejenak.
”Yang akan berangkat 3 orang. Sekarang sudah ada dua
orang Manggaha dan Laidi. Tinggal pilih satu orang lagi. Yang
mau ikut dalam misi ini, angkat tangan!” lanjut Bapak KPS.
Peserta rapat terdiam, tidak ada yang berani bersuara.
Detik demi detik belum juga ada orang yang berani
mengacungkan tangan. Tiba-tiba seseorang dari luar ruangan
berjalan masuk dengan tergopoh-gopoh.
“Kalau tidak ada yang mau ikut, saya saja. Biar saya
bagian timba rua (timba air) di dalam kora–kora.” Seorang
pemuda yang terlihat lugu dan kakinya penuh karabu bersuara.
185 185