Page 195 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 195

Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru                                              Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru












                        TIGA PEMUDA PEMBERANI

                             DARI PULAU BURU

                                     Susanti


                   ahulu kala, pada zaman penjajahan Belanda, warga
               DDesa Kayeli dipanggil rapat dengan menggunakan
            pentungan. Caranya, pentungan dipukulkan pada sebatang
            bambu. Tonk… tonk… tonk… tonk…
                  “Kumpul! Kumpul. Ada rapat di kantor KPS,” teriak
            seorang warga.
                  Mendengar bunyi pentungan dan teriakan seorang
            warga itu, berdatanganlah satu per satu warga menuju kantor
            KPS, yang sekarang disebut dengan kantor camat.
                  Di dalam kantor, kursi-kursi sudah tertata rapi dalam
            beberapa baris. Kursi paling depan adalah sebuah kursi empuk
            yang diperuntukkan untuk Bapak KPS. Didepan pintu berdiri
            dua orang pria penerima tamu berwajah bengis, menatap
            setiap warga yang datang. Kedua orang berwajah bengis itu
            mempersilakan setiap warga yang datang.

                  Setelah semua kursi terisi penuh oleh warga, Bapak KPS
            yang didampingi seorang opsir Belanda mulai berbicara.

                  “Dengarkan baik-baik! Kalian yang dipanggil ke sini
            adalah orang–orang terpilih untuk mengikuti sayembara.
            Kalian akan mewakili wilayah masing-masing,” kata Bapak
            KPS.


                                       184                                                                            184
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200