Page 56 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 56
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Elaaang, apakah kalian mendengar suaraku?” teriak
Adul.
“Kami mendengarmu. Kami senang melihatmu,” jawab
kedua burung elang sambil berputar-putar.
Pada suatu ketika, Adul mendengar bunyi mesin kapal
besar. Kapal itu rupanya berlabuh di tengah-tengah laut Tifu.
Kapal itu kapal asing. Kapal itu menangkap ikan dengan
menggunakan bom. Laut di situ menjadi rusak. Mereka juga
berniat untuk menguasai Negeri Tifu.
Melihat gelagat yang aneh itu, Adul memberitahukan
kepada masyarakat Negeri Tifu untuk mempersiapkan diri
melawan orang-orang di kapal tersebut. Adul juga meminta
elang-elang kesayangannya untuk mengintai pergerakan
orang-orang di dalam kapal.
Orang-orang di kapal asing itu tidak nyaman dengan
keberadaan elang-elang yang terbang di atas kapal mereka.
Mereka berencana untuk membunuh elang-elang tersebut
menggunakan tombak. Oleh karena itu, mereka mengasah
tombak-tombak yang dimiliki mereka hingga tajam. Mereka
jua menyiapkan pemanah terbaik milik mereka untuk
melemparkan tombak tersebut ke tubuh elang-elang itu.
Keesokan harinya, elang betina pergi mencari makan
sambil mengintai kapal asing itu. Dia tak sadar bahwa dirinya
telah diincar untuk dibunuh oleh orang-orang di dalam
kapal. Melihat burung elang, nakhoda kapal memerintahkan
pemanah untuk melemparkan tombak-tombak ke arah sang
burung elang. Tembakan tombak tersebut langsung mengenai
tubuh sang burung.
“Koaak,,, Koaaaak,,, Koaaak. Tolong saya!” teriak sang
burung. Burung elang berusaha kembali ke sarangnya. Namun
dia tak mampu menahan rasa sakit yang dideritanya. Tubuh
elang betina itu tergeletak dan mati di tepi pantai Tifu. Tubuh
45 45