Page 59 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 59
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
permadani di sela-sela pohon. Keduanya sangat menikmati
perjalanan itu. sesekali, keduanya bernyanyi dengan irama
dan nada yang berbeda.
Setelah jauh melanglang buana, keduanya memutuskan
hinggap di sebuah pohon besar berdaun rindang. Pohon
Beringin namanya. Pohon itu berada di pinggir pantai.
“Bolehkah saya meminjam topimu?” ucap burung
Talang. “Sudah lama saya ingin meminjamnya, tetapi saya
tidak berani mengatakannya.” Demikianlah burung Talang
memulai pembicaraan di antara keduanya.
“Berapa lama kamu akan meminjam mahkotaku?”
tanya burung Polociong.
“Satu hari saja. Besok, saya akan kembalikan,” jawab
burung Talang.
“Hendak ke manakah engkau?” tanya burung Polociong.
“Saya akan jalan-jalan ke seberang lautan,” jawab burung
Talang.
“Kenapa engkau tidak mengajakku?” tanya burung
Polociong. Burung Polociong bertanya seperti itu karena
selama ini, mereka selalu berjalan bersama.
“Jangan, sahabatku. Engkau tidak akan sanggup terbang
jauh. Anginnya sangat kencang. Sepanjang jalan, tidak ada
pohon untuk beristirahat,” jawab burung Talang.
“Kalau demikian, boleh saja,” jawab burung Polociong.
Ia memaklumi alasan burung Talang yang tidak mengajaknya
jalan bersama.
“Dekatkan kepalamu,” kata burung Polociong sambil
mencabut mahkotanya dan memasangnya dengan rapi ke
kepala burung Talang.
“Sudah rapikah?” tanya burung Talang.
48 48