Page 205 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 205
http://pustaka-indo.blogspot.com
menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Tuhan Bapa?
Arius tidak menyangkal ketuhanan Kristus; bahkan, dia
menyebut Yesus “Tuhan kuat” dan “Tuhan sepenuhnya”, 2
tetapi berpendapat bahwa meyakini dia itu ilahiah secara
hakikinya merupakan suatu penghujatan: Yesus sendiri
secara spesifik telah mengatakan bahwa Tuhan Bapa itu
lebih agung daripada dirinya. Aleksander dan asistennya
yang brilian, Athanasius, segera menyadari bahwa ini tidak
lebih dari pernik-pernik teologis semata. Arius telah
mengajukan persoalan vital menyangkut hakikat Tuhan.
Sementara itu, Arius, seorang propagandis yang mahir, telah
meramu gagasannya ke dalam bentuk yang populer, dan tak
lama kemudian kaum awam pun memperdebatkan isu
tersebut dengan tak kalah hangatnya dibandingkan dengan
uskup-uskup mereka.
Kontroversi itu menjadi begitu memanas sehingga Kaisar
Konstantin sendiri turun tangan dan mengimbau
penyelenggaraan sebuah sinode di Nicaea, di kawasan Turki
modern, untuk membahas masalah ini. Pada masa sekarang,
nama Arius menjadi kata lain untuk bid‘ah, tetapi pada saat
konflik itu merebak belum ada posisi ortodoks yang resmi
dan sama sekali tak bisa dipastikan mengapa, atau bahkan
apakah, Arius salah. Sebetulnya tak ada yang baru dalam
klaimnya: Origen, orang yang dihormati oleh kedua pihak
yang berseberangan, pernah mengajarkan doktrin yang mirip.
Akan tetapi, iklim intelektual di Aleksandria telah berubah
sejak masa Origen dan orang-orang tidak lagi yakin bahwa
Tuhan Plato dapat berhasil disandingkan dengan Tuhan
Alkitab. Arius, Aleksander, dan Athanasius, misalnya,
mempercayai sebuah doktrin yang pasti mengejutkan setiap
orang yang penganut Platonis: mereka beranggapan bahwa
Tuhan telah menciptakan alam dari ketiadaan (ex nihilo)
dengan mendasarkan pendapat mereka pada kitab suci. Pada
~198~ (pustaka-indo)