Page 241 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 241
http://pustaka-indo.blogspot.com
yang sangat jarang terjadi: dia hanya mengalaminya
sebanyak dua atau tiga kali di sepanjang hidupnya. Denys
melihat ekstasi sebagai keadaan konstan setiap orang
Kristen. Ini merupakan pesan tersembunyi dan esoterik dari
kitab suci dan liturgi, diungkap lewat isyarat terkecil. Maka
ketika si pendeta meninggalkan altar pada awal misa untuk
berjalan di tengah jamaah, memercikkan mereka dengan air
suci sebelum kembali ke ruang altar, ini bukanlah sekadar
purifikasi—meskipun memang demikian. Tindakan itu meniru
ekstasi ilahi, seperti Tuhan yang meninggalkan
kesendiriannya dan menggabungkan diri dengan makhluk.
Barangkali cara terbaik untuk memandang teologi Denys
adalah dengan melihatnya sebagai tarian spiritual antara apa
yang bisa kita tegaskan mengenai Tuhan dengan apresiasi
bahwa apa pun yang bisa kita katakan tentang dia pastilah
bersifat simbolik semata. Seperti dalam Yudaisme, Tuhan
Denys memiliki dua aspek: yang satu menoleh kepada kita
dan memanifestasikan dirinya di dunia, sedangkan yang lain
berada dalam dirinya sendiri dan tetap tidak bisa dipahami.
Dia “tetap berada dalam dirinya” dalam misteri abadi, pada
saat yang sama dia memenuhi langit dan bumi. Dia bukanlah
wujud lain, yang ditambahkan pada dunia.
Metode Denys dianggap biasa dalam teologi Yunani. Akan
tetapi, di Barat, para teolog akan terus berbicara dan
menjelaskan. Beberapa di antara mereka membayangkan
bahwa ketika mereka mengatakan “Tuhan”, maka realitas
ilahi sebenarnya bersatu dengan ide di dalam pikiran mereka.
Sebagian lainnya menisbahkan pikiran dan gagasan mereka
sendiri kepada Tuhan—mengatakan bahwa Tuhan
menghendaki ini, melarang itu, atau telah merencanakan
yang lain—dalam cara yang mengandung bahaya
keberhalaan. Akan tetapi, Tuhan Yunani Ortodoks tetap
misterius, dan Trinitas akan terus mengingatkan orang
~234~ (pustaka-indo)