Page 239 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 239
http://pustaka-indo.blogspot.com
dinamai. Dia bukanlah salah satu dari apa
53
yang ada.
Oleh karena itu, membaca kitab suci bukanlah sebuah proses
menemukan fakta-fakta tentang Tuhan, melainkan mesti
menjadi sebuah disiplin paradoksikal yang mengubah
kerygma menjadi dogma. Metode ini adalah sebuah
theurgy, penyerapan kekuatan ilahi yang memampukan kita
naik menuju Tuhan itu sendiri dan, seperti yang selalu
diajarkan oleh kaum Platonis, menjadikan diri kita sendiri
ilahiah. Ini merupakan metode yang membuat kita berhenti
berpikir! “Kita mesti meninggalkan semua konsepsi kita
tentang yang ilahi. Kita memberhentikan seluruh aktivitas
54
pikiran kita.” Kita bahkan mesti meninggalkan
pengingkaran kita terhadap sifat-sifat Tuhan. Baru kemudian
kita akan mencapai kemanunggalan memabukkan dengan
Tuhan.
Ketika Denys bercerita tentang kemabukan karena Tuhan,
dia tidak merujuk pada keadaan pikiran tertentu atau bentuk
kesadaran alternatif yang dicapai melalui latihan Yoga yang
tak jelas. Keadaan ini dapat diraih setiap orang Kristen
melalui metode doa atau theoria yang paradoksikal, yang
akan membuat kita berhenti berbicara dan membawa kita ke
dalam keheningan: “Ketika kita masuk ke dalam kegelapan
yang berada di luar akal, kita bukan hanya akan kehilangan
kata-kata, namun bahkan sama sekali bisu dan tidak
55
mengetahui.” Seperti Gregory dari Nyssa, Denys
menemukan banyak pelajaran dari kisah naiknya Musa ke
gunung Sinai. Ketika Musa telah mendaki gunung itu, dia
tidak melihat Tuhan di puncaknya, tetapi dibawa ke tempat di
mana Tuhan berada. Dia dikelilingi kabut tebal dan tak dapat
melihat apa-apa: jadi segala yang bisa kita lihat atau pahami
hanya merupakan simbol (kata yang digunakan oleh Denys
~232~ (pustaka-indo)